Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) memutuskan untuk menolak permohonan kanal tambahan (3rd carrier) yang diinginkan operator seluler 3G sebelum pita frekuensi di spektrum 2,1 GHz berhasil ditata ulang.
“Pleno BRTI memutuskan untuk merekomendasikan kepada menteri (Menkominfo Tifatul Sembiring) agar sementara waktu menolak pemberian 3rd carrier,” kata Anggota BRTI, M Ridwan Effendi, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/7/2011).
Seperti diketahui, Kementerian Kominfo akhir pekan lalu memanggil Telkomsel untuk dimintai komitmennya dalam menjalankan penataan frekuensi 3G dengan pindah kanal dari blok 4 ke 6, agar Hutchison CP Telecom Indonesia dan Axis Telekom Indonesia bisa mendapatkan kanal kedua dalam posisi bersebelahan (contiguous).
Telkomsel menolak permintaan tersebut dengan alasan bisa mengancam kualitas layanan dan harus mengeluarkan dana sekitar Rp 34 miliar. Alih-alih menyetujui penataan frekuensi, Telkomsel malah mengajukan tambahan kanal ketiga dan harus bersebelahan.
“Jumat kemarin (15/7/2011) pertemuan dua Dirjen bersama Dirut Telkomsel, batal. Sedang dijadwal ulang. Statusnya masih seperti minggu lalu, belum ada perkembangan,” kata Ridwan.
“Dikatakan deadlock juga tidak, karena secara teknis dimungkinkan pemberian kanal 3G walaupun tidak contiguous, hanya saja kurang optimal. Sehingga pleno BRTI memutuskan untuk menata spektrum supaya contiguous,” lanjutnya. Rencana BRTI untuk menata ulang kanal spektrum 3G tak lain karena frekuensi telah menjadi alat persaingan bagi operator telekomunikasi, khususnya di era layanan data saat ini. Pemerintah pun menyadari itu saat mempersiapkan kanal kedua untuk frekuensi 3G, tiga tahun lalu.
Saat kanal kedua ditawarkan ke semua operator 3G, mulanya hanya Telkomsel dan Indosat saja yang berminat. Namun, setelah XL Axiata juga ikut menyatakan minatnya, maka dua operator lain, Hutchison dan Axis langsung buru-buru menyusul.
Tak pelak, semua menyatakan minat untuk kanal kedua ini sehingga diperlukan penataan ulang karena semuanya menginginkan dalam posisi bersebelahan alias contiguous. Kominfo sendiri telah menyiapkan lima opsi untuk menata spektrum 2,1 GHz ini. Pertama, setiap operator 3G diberikan blok yang bersebelahan.
Untuk mewujudkan rencana ini, Telkomsel pun diminta pindah dari blok 4 ke 6 dengan konsekuensi harus mengeluarkan dana sekitar Rp 34 miliar dan bisa ada kendala kualitas layanan saat salah satu kanal dimatikan. Menurut Ridwan, itu yang tak diinginkan Telkomsel. “Selain network dia besar dengan jumlah pelanggan yang banyak, dia takut suffer saat pindahan,” ujarnya.
Opsi kedua, Axis diberikan kanal kedua agar contiguous. Dampaknya, blok milik Hutchison tidak bersebelahan. Ketiga, Axis diberikan kanal ke-6. Dampaknya, Hutchison memiliki blok contigous, sementara Axis tidak.
Keempat, Axis di blok ke-1 dan 2, Hutchison di blok 3 dan 6. konsekuensinya blok milik operator Tri ini akan terpakai sebagian untuk pita pembatas (guard band). Kelima, disiapkan kajian refarming 2,1 GHz yang menyertakan tambahan blok ketiga. |dtc|