Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendesak agar dewan sekolah dan guru yang menyiksa peserta didik di sekolah Massachusetts segera diusut.
Namun, dewan sekolah di sekolah itu bersikeras mengklaim, pilihan mereka memberi obat kepada muridnya dan mengirim mereka ke rumah sakit jiwa adalah sudah tepat dan lebih manusiawi.
Menurut Hakim dari Rotenberg Center didekat Boston, mengatakan, Dia telah lama menolak penggunaan listrik kejut selama bertahun-tahun. Sekolah swasta mendidik dan memperlakukan siswa yang berusia 3 tahun seperti orang dewasa. Banyak dari 250 siswa terlihat emosional, mempunyai masalah perilaku dan kejiwaan – termasuk kondisi autisme. Sebagaimana dilansir ABC News bahwa setengah dari siswa menerima kejutan listrik secara teratur.
“Sebuah alat yang memberikan sengatan ke kulit ditangan atau kaki. Itu sangat menyakitkan,” kata Matthew Israel – dokter yang menjalankan fasilitas itu dan mengembangkan perawatannya, pada sebuah wawancara dengan ABC News tiga tahun lalu.
“Kalau tidak menyakitkan, tidak akan efektif,” lanjutnya.
Guru dan Dewan Sekolah meninjau prosedur setelah menerima persetujuan dari pengadilan dan orang tua murid. Tetapi laporan praktisi oleh Mental Disability Rights Internasional telah menyita perhatian – dan kecaman – dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
Manfred Nowak, penyelidik khusus penyiksaan dari Perserikatan Bangsa Bangsa, mengungkapkan bahwa sekolah itu telah melanggar hukum internasional tentang pelarangan penyiksaan, dan dia menanyakan ke pemerintah federal untuk menginvestigasi sekolah itu.
“Sejujurnya, saya sangat terkejut setelah mendengar berita tersebut,” kata Nowak
Dewan sekolah memberitahukan bahwa jaringannya mencoba untuk menyamakan tindakan disiplin mereka “Terbang melewati kandang ayam” adalah hal yang tidak masuk akal.
Mereka memberikan pernyataan dan mengatakan, “ Sangat konyol untuk menyamakan JRC’s terapi permusuhan ( dimana telah disetujui oleh pengadilan, yang didasari kasus per kasus ) dengan penyiksaan untuk memanggil pisau bedah pemotong daging sebuah setangan dengan senjata berbahaya.
Di dalam pernyataan Dewan Sekolah Massachusetts, mereka mengklaim kejutan listrik digunakan untuk mengkontrol perilaku yang salah, seperti seorang siswa yang berusaha untuk mematahkan giginya sendiri, mengeluarkan matanya sendiri atau membiarkan dirinya sendiri kelaparan.
“Alternatifnya adalah dibius sampai pingsan, dikurung didalam gudang disebuah rumah sakit jiwa – yang terdapat dalam sebuah bentuk penyiksaan hidup-hidup,” seperti dikutip dari pernyataan itu.
Eric Rosenthal, pendiri dan direktur eksekutif Mental Disabillity Rights International, mengatakan bahwa tindakan itu adalah rasionalisasi dari tindakan barbar. Dia memberitahukan bahwa masih banyak ancaman lainnya diluar sana. (reza/an)