Siang malam ku selalu menatap layar terpaku untuk online… online…online… online…Ya, lagu Saykoji ini lah yang selalu mengingatkan tim redaksi kepada jejaring sosial facebook ketika asik mengerjakan deadline untuk para pembaca setia SWATT-Online.com. Berbicara masalah jejaring sosial tidak luput untuk kita mencari kawan, soib, teman, sahabat, friend – or what ever- do you – call it.
Memang tidak mudah untuk menolak permintaan pertemanan – terutama dalam konteks jejaring sosial online seperti facebook itu. Hal ini merupakan salah satu temuan penyelidikan oleh perusahaan riset keamanan Sophos baru-baru ini. Masalahnya, menurut ahli keamanan, bertambahnya jumlah pesan jaringan berasal dari scammer, phisher, dan distributor malware.
Sophos membuat dua profil fiktif untuk penelitian. Daisy, diwakili dengan gambar bebek karet, berusia 21 tahun dan single; Dinette, dengan gambar dua kucing di atas karpet, berusia 56 tahun dan sudah menikah. Sophos mengirim 100 permintaan pertemanan dari setiap profil ke kontak acak di rentang usia yang sama.
Setelah dua minggu, 46 dan 41 persen dari permintaan diterima untuk Daisy dan Dinette masing-masing. Dinette benar-benar mendapatkan 49 teman baru, karena beberapa teman pengguna menambahkan temannya sendiri. Jumlah teman-teman baru yang dihasilkan dalam penelitian ini, yang dilakukan di Australia, adalah sebanding dengan penelitian Sophos di Inggris tahun 2007.
“Penelitian baru menunjukkan bagaimana jejaring sosial rentan terhadap berbagai penipuan, ungkap konsultan teknologi senior Sophos, Graham Cluley seperti yang dilansir securitymanagement.com
Hal senada juga dikatakan Paulus Ducklin, kepala teknologi Sophos di kawasan Asia Pasifik yang telah melakukan penelitian mengatakan, dalam 89 persen kasus, “Daisy” bisa mempelajari tanggal lahir teman-teman barunya. “Dinette” pun demikian, 57 persen di saat yang sama. Alamat E-mail masing-masing ditemukan dalam 100 dan 88 persen kasus. Mengumpulkan informasi seperti itu secara berkala berfungsi sebagai titik “awal” untuk penipuan lebih lanjut seperti phishing dan social engineering.
Menurut Sophos, dalam beberapa kasus, hacker akan menggunakan informasi dasar untuk mencoba masuk ke account lain. “Teman,” mengklaim berada dalam kesulitan, kadang-kadang akan meminta uang, yang lainnya akan mengirimkan link ke website yang mengandung malware. Seringkali hacker mendapatkan akses ke satu account jejaring sosial dan kemudian menghubungi banyak teman orang tersebut. Sekitar 21 persen dari pengguna jaringan menjadi sasaran serangan phishing dan lainnya.
“Banyak orang harus bertanya pada diri sendiri apakah perlu mem-posting informasi seperti tanggal lahir atau alamat e-mail. Meskipun pengguna diminta untuk memberikan tanggal lahir ketika mendaftar dengan Facebook, data tersebut dapat disembunyikan dengan pengaturan privasi situs. Pengguna juga dapat mempertimbangkan memberikan informasi palsu atau hanya mengungkapkan tahun kelahiran. Dan orang mungkin juga mempertimbangkan berbagi alamat e-mail mereka, sejak para pengguna dapat dihubungi melalui jejaring sosial,” kata Cluley.
Sebagai aturannya, lanjut Cluley, orang harus menghindari posting apa pun secara online yang tidak ingin diketahui publik. Jejaring sosial dan situs lainnya memiliki risiko privasi yang berhubungan. Sebuah situs dapat mengalami kebocoran data, misalnya.
Setidaknya satu analisa menyebutkan beberapa pengguna mulai lebih berhati-hati dalam berbagai informasi yang mereka posting. Pelamar kerja, misalnya, terutama yang lebih muda, menyadari bahwa banyak para pemberi kerja yang potensial melihat halaman jejaring mereka,
“Banyak yang menyadari sudah saatnya untuk membersihkan Facebook (mereka).” kata Claire Schooley, seorang analis Forrester Research.
Untuk itu, berteman online seharusnya lebih selektif,. Dalam penelitian tersebut, kelompok muda rata-rata memiliki 220 teman; kelompok yang lebih tua memiliki 932. Tapi tidak ada yang 932 “teman sejati,” kata Ducklin. Seorang teman adalah seseorang yang Anda “tahu”, suka, dan percaya. Tidak hanya sekedar tombol yang Anda klik,“ungkap Ducklin dan Cluley (Evyta/SM)