
Seiring dengan keputusan Pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying yang menolak meletakkan jabatan seperti ultimatum massa prodemokrasi akhirnya terlibat bentrok dengan aparat keamanan di luar kompleks perkantoran pemerintah, Jumat (3/10) pagi. sehari sebelumnya.
Bentrokan tidak hanya terjadi di sekitar area pusat kantor pemerintah. Demonstran prodemokrasi juga terlibat terlibat bentrok dengan kelompok oposisi di dua kawasan belanja tersibuk di Hong Kong.
Sekitar 200 demonstran berhadapan melawan kelompok antiprotes yang jumlahnya lebih besar di Mong Kok. Bentrokan serupa juga pecah antara 25 aktivis prodemokrasi dan 50 pengunjuk rasa antiprotes di Causeway Bay.
Aparat kepolisian berdatangan ke lokasi untuk mencoba menenangkan kekacauan. Di Mong Kok, personel kepolisian membentuk satu baris rantai manusia untuk memisahkan dua kelompok yang beseberangan guna mencegah terjadinya bentrokan yang lebih parah.
Mong Kok merupakan area di Distrik Yau Tsim Mong, terkenal sebagai kawasan industri utama di bidang ritel, restoran, dan hiburan.
“Kembalikan Mong Kok kepada kami, kami warga Hong Kong perlu makan!” teriak seorang pria yang mencoba membuka barikade yang dipasang di sana.
Massa prodemokrasi yang bersatu dalam gerakan Occupy Central mempertanyakan motif dan motivasi kelompok yang menggelar aksi tandingan tersebut. “Saya merasa orang-orang (kelompok antiprotes) yang terlibat aksi itu tidak melakukannya dari hati yang tulus, tapi dibayar … untuk melakukan pekerjaan kotor demi kepentingan polisi,” kata salah seorang pendukung prodemokrasi.
Sejauh ini, belum ada informasi yang jelas apakah kelompok antiprotes merupakan para pebis nis lokal yang tidak puas dan lelah dengan gangguan yang terjadi selama lima hari terakhir.
Isu lainnya ialah mereka merupakan orang-orang bayaran yang sengaja disuruh menciptakan masalah. Meskipun telah didesak, Leung menolak mundur dari jabatannya.
Dia meminta Kepala Sekretaris Carrie Lam Cheng YuetNgor untuk bertemu dan bernegosiasi dengan pemimpin pengunjuk rasa.
Saat berbicara beberapa menit sebelum batas waktu Kamis (2/10) tengah malam yang ditetapkan pengunjuk rasa untuk mengundurkan diri, Leung mengatakan, “Saya tidak akan mundur karena harus terus melakukan pekerjaan reformasi pemilu Hong Kong.“
Kalangan prodemokrasi yang kecewa dengan sikap Leung mengaku skeptis mengenai capaian-capaian yang akan diraih ketika harus berdialog dengan pemerintahan.
Karena itu pula pengunjuk rasa tetap melanjutkan aksi meskipun jumlah mereka menyusut drastis pascadialog digelar dengan Carrie. Dalam merespons aksi massa di kawasan, Jepang meminta pemerintah Tiongkok, selaku pemerintah pusat yang memerintah Hong Kong, untuk menerapkan sistem ‘bebas dan terbuka’ yang lebih demokratis di wilayah yang berstatus daerah adminitrasi khusus itu.
“Jepang sangat berharap sistem yang bebas dan terbuka di Hong Kong akan dijaga di bawah prinsip ‘satu bangsa, dua sistem’ sehingga hubungan erat antara Jepang dan Hong Kong akan dipertahankan,” kata Menteri Sekretaris Kabi net Yoshihide Suga.
“Jepang memiliki hubungan ekonomi yang sangat erat dengan Hong Kong dan masa depannya sangat menarik bagi Jepang,” imbuhnya.
Menurutnya, kemakmuran Hong Kong memainkan peran sangat penting bagi kemakmuran dan stabilitas tidak hanya untuk Tiongkok, tetapi juga di wilayah Asia Pasifik secara keseluruhan, termasuk Jepang. (sol)