
Krisis bangsa adalah krisis sumber daya manusia. Oleh sebab itu, jika bangsa ini sedang mengalami krisis dapat diasumsikan bahwa pembangunan (pendidikan) belum berhasil membangun karakter bangsa. Bung Karno mengatakan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character bulding). Karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat.
Demikian disampaikan Direktur PPs Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof. Dr. Belferik Manullang kepada SWATT Online di Medan.
Krisis karakter dari perspektif pendidikan, kata Belferik dapat dilihat dari dimensi sikap, pola pikir, kecerdasan dan kompetensi. Sikap adalah habitual manusia atau masyarakat dalam bentuk thought, action and habit. Sering juga disebut think rightly, act rightly and live rightly. Pola pikir adalah kualitas mindset ilmiah sebagai pengaruh pendidikan untuk memahami dan memecahkan berbagai masalah.
Pola pikir bisa dalam bentuk ilmiah praktis, ilmiah teoritis dan ilmiah esensial. Kecerdasan adalah kemampuan diri pribadi secara psikologis menghadapi berbagai permasalahan kehidupan.Kecerdasan ini bisa dalam bentuk cerdas inttelektual (IQ), cerdas emosional (EQ) dan cerdas spiritual (SQ). Kompetensi adalah kemampuan profesional dalam bekerja (menjalankan tugas). Kompetensi ini dalam bentuk knowledge, skill and abilities.
Lebih lanjut Guru Besar Unimed ini menegaskan, pendidikan berperan meningkatkan kualitas manusia untuk membangun masa depan, termasuk masa depan bangsa. Ternyata, masa depan bukan sebuah tempat yang akan dituju, melainkan dibangun. Lintasan menuju ke sana belum tersedia melainkan harus dibuat.Pembuatan lintasan itu menghasilkan perubahan, bagi si pembuat dan masa depan. Proses pembuatan lintasan ini membutuhkan karakter sekaligus perubahan karakter.Karakter yang baik membangun masa depan yang lebih baik. Jadi, karakter menentukan kualitas masa depan.
“Kesimpulan yang dapat diambil adalah pembelajaran harus menjadi inti pendidikan, yakni memiliki transformasi nilai pedagogis. Semua tujuan pembelajaran seperti pembentukan sikap, pembentukan pola pikir ilmiah, ataupun pemberian kompetensi harus sampai kepada pembentukan karakter. Sikap yang berkarakter sampai kepada habit, pola pikir ilmiah berkarakter sampai ke tingkat ilmiah filosofis dan kompetensi berkarakter sampai le tingkat abilities,” paparnya.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, tambah Belferik Manullang, peran guru sangat strategis untuk pembentukan karakter siswa. Kemandirian guru mengembangkan dirinya sendiri menjadi sesuatu yang penting. Kurikulum seharusnya didisain untuk memberi peluang optimal bagi peran guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Oleh sebab itu, kurikulum dan pembelajaran semestinya ditujukan kepada pembentukan karakter. James P Pardede|SWATT Online