Jabatannya saat ini adalah Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah I Sumatera Utara-Aceh yang membawahi sekitar 300 universitas swasta yang tersebar di Sumut dan Aceh, Prof. Ir. Moehammed Nawawiy Loebis, M.Phil.,Ph.D terlihat sangat aktif dan energik walau sedang menjalankan ibadah puasa.
Saat berbincang dengan SWATT Online, Nawawiy nama yang kerap disebut oleh rekan kerjanya terlihat sangat bersemangat menerima tamu-tamu yang datang dari berbagai kalangan.
Nawawiy menyelesaikan program sarjana Arsitektur dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), menyelesaikan Post Graduate Program (Master of Philosophy-M.Phil dari New Castle Upon Tyne University, Englan di bidang perumahan dan perkotaan, memperoleh gelar doctor dari Universiti Sains Malaysia (USM) dibidang arsitektur.
Sejak 1978 – 1980 menjadi sekretaris Fakultas Teknik Sipil pada Universitas Darul Ulum Jombang Jawa Timur, tahun 1983 sampai sekarang menjadi staff pengajar Fakultas teknik Universitas Sumatera Utara di program studi Arsitektur. Tahun 1989-1990 menjabat Ketua Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Medan, tahun 1990-1991 Dekan Jurusan Arsitektur ITM, sejak 1990 menjadi staff pengajar program pasca sarjana USU dan sejak 2000 menjadi staff pengajar pasca sarjana Fakultas Kedokteran USU.
Sejak 2002 sampai sekarang menjadi staff pengajar di Program Studi Magister Teknik Arsitektur USU, 2003 sampai sekarang Dekan Fakultas Teknik USU dan sejak Novemper 2010 menduduki jabatan sebagai Koordinator Kopertis Wilayah I Sumut – Aceh.
Nawawiy juga sangat banyak melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan masalah perumahan dan rencana pengelolaan lingkungan. Penelitian yang dilakukan antara lain tentang Pembangunan Desa Terpadu di Kabupaten Langkat, Penelitian Pendangkalan 8 Waduk Sumber Air Minum di Pulau Batam serta penelitian lainnya.
Perbincangan khusus dengan Nawawiy tentang fungsi dan peran mahasiswa dalam membangun bangsa ini ke depan, kepada SWATT Online Nawawiy mengatakan bahwa mahasiswa sekarang sudah sangat banyak yang menempuh jalur instant saja tanpa mau memberikan sumbangsihnya lewat pemikirannya yang kritis dan idealis.
“Kita perlu melakukan reposisi peran mahasiswa sebagai agen pembaharu (agent of change) bagi kemajuan bangsa ini ke depan. Mahasiswa kita ada juga yang sok idealis, tetapi ketika ada yang mau membayar mereka untuk demo, dengan mudahnya mahasiswa kita tergiur dan mau menyuarakan suara orang lain demi untuk kepentingan oknum tertentu,” paparnya.
Sebenarnya, kata Nawawiy, mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir sepanjang tahun. Begitu banyaknya forum-forum diskusi yang diadakan, telah menghasilkan pula pelbagai tulisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan politik di Indonesia.
Bahkan, gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan pemerintah maupun pengusaha. Terutama, ketika maraknya korupsi, ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap hak-hak rakyat.
Mengembalikan fungsi dan peran mahasiswa sebagai agen pembaharu menjadi begitu penting dan berarti tatkala berada di tengah masyarakat. Sangat begitu berartinya, hal ini terdapat dalam sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakkan negara di dunia telah mencatat bahwa perubahan sosial (social change) yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan mahasiswa, yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah bagian dari agent of change. |Mes|SWATT- Online|
Foto : Mes