Putra Pemimpin Libya Saif al-Islam Khadafi, yang tengah menghadapi pemberontakan, menampik tudingan telah melakukan kejahatan pada rakyatnya.
Pria 38 tahun itu mengatakan kepada The Washington Post,bukti bahwa pasukan Pemerintah Libya menembak demonstran anti-pemerintah adalah palsu. Dia menyamakan hal itu dengan laporan sebelum terjadinya perang di Irak yang menyebut Irak menyembunyikan senjata pemusnah massal.
“Ini sama dengan senjata pemusnah massal. Senjata pemusnah massal, serang Irak. Warga sipil, serang Libya. Sama saja,” ujar Saif seperti dikutip AFP, Senin (18/4/2011).
Sementara itu NATO tengah menerapkan zona larangan terbang yang disahkan oleh PBB untuk melindungi warga Libya. Sedang sekutu Barat meminta Khadafi mengakhiri kekuasaannya.
Saif Khadafi mengatakan, dia telah membawa banyak reformis ke dalam Pemerintahan Libya. Namun, banyak diantara mereka yang membelot dan ikut berperan dalan Dewan Transisi Nasional oposisi.
Selain itu Saif mengatakan, oposisi dipengaruhi oleh Al Qaeda. Dia menyangkal pernyataan PBB, para dokter, jurnalis asing, dan lainnya bahwa warga sipil menjadi sasaran serangan dan tewas di Misrata.
“Saya tidak akan menerima begitu saja, bahwa tentara Libya membunuh warga sipil. Itu tidak pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi,” ujar Saif.
Saif mengatakan, Amerika Serikat harusnya membantu Libya memerangi Al Qaeda dan setelah teroris diusir dari Misrata dan benteng pertahanan oposisi di Benghazi, maka peranan ayahnya dalam konstitusi baru akan berkurang. Menurutnya, isu terbesar saat ini adalah teroris dan milisi bersenjata.
“Sekali kita menyingkirkan mereka, maka segalanya akan terselesaikan,” tutur Saif. |okezone.com|