Setelah kisruh yang hampir mendera Kampus Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) sejak Senin (20/9/2010), lebih 100 anggota Brimob bersenjata laras panjang masih berjaga di kampus sampai pukul 14.00. Sebagian perwakilan mahasiswa serta karyawan dan dosen bernegosiasi supaya pengurus Yayasan Pendidikan Teknik Surabaya yang dipimpin Abdul Zikir mau berdialog.
Ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa ITATS Priyanto Kristiadi menegaskan, masalah harus diselesaikan hari ini. Karenanya, mahasiswa menghendaki pengurus yayasan berdialog secara transparan dengan Paguyuban Karyawan dan Dosen ITATS serta mahasiswa. “Kami sudah lelah dengan konflik. Kami cuma ingin kampus kembali ke fungsinya, supaya kegiatan belajar mengajar kembali berjalan,” katanya.
Perwakilan mahasiswa lainnya Joni Firmansyah mengatakan, mahasiswa menginginkan normalisasi kampus dan hak mahasiswa untuk kuliah dikembalikan. Mahasiswa tidak mau dibohongi yayasan yang saling klaim. “Sepanjang belum ada yayasan yang bisa menunjukkan akta yang sah, kami tidak bisa percaya,” ujar mahasiswa ITATS angkatan 2008 itu.
Ketua Paguyuban Karyawan dan Dosen ITATS Samsul Arifin mengatakan, konflik perebutan yayasan berlangsung sejak 2005. Karena yayasan masih bersengketa di Pengadilan Negeri Surabaya, Paguyuban Karyawan dan Dosen ITATS membentuk tim penyelamat yang mengelola jalannya perkuliahan dan menunjuk Rektor sementara ITATS.
“Saat ini status quo sementara perkuliahan harus berjalan. Yayasan seenaknya mencampuri pengelolaan kampus, mengganti rektor, dan memecat karyawan,” tutur Samsul.
Sejak Sabtu, kata Samsul, karyawan dan petugas keamanan ITATS tidak bisa masuk kampus karena ada sekitar 50 preman yang diperintah Ketua Yayasan Abdul Zikir dan dikawal polisi. Penjagaan ini dilakukan sampai Senin pagi saat mahasiswa mulai masuk.
Sementara itu, Suheni bendahara yayasan yang dipimpin Abdul Zikir membantah melarang mahasiswa dan karyawan masuk kampus. “Itu petugas sekuriti yang baru yang kami tugaskan. Siapa bilang mahasiswa dilarang masuk kuliah, silakan saja,” katanya.
Hari Pertama Kuliah Dihadang Preman
Pada hari pertama kuliah setelah libur semester genap dan Lebaran, Senin (20/9/2010), mahasiswa Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) tidak bisa memasuki kampus sejak sekitar pukul 08.00. Karyawan dan dosen juga dihadang sekitar 50 preman.
Mahasiswa yang berusaha merangsek masuk kampus bersama karyawan, dihadang preman yang akan mengeluarkan senjata tajam. Mahasiswa pun mengambil paving dari halaman kampus dan nyaris terjadi bentrok.
Akhirnya preman keluar kampus, tetapi kuliah tidak bisa terlaksana sebab salah satu kubu yayasan yang menaungi kampus ini tetap berada di kampus. Konflik perebutan yayasan berlangsung sejak 2005 dan bergulir sampai menjadi konflik antara karyawan-dosen dan yayasan.
Mahasiswa pun hanya bergerombol di lobi kampus meminta pengurus yayasan keluar kampus atau menyelesaikan masalah dengan dialog terbuka.
Polisi yang berjaga tidak mendamaikan. Polisi dengan membawa senjata laras panjang hanya berjaga supaya tidak terjadi bentrokan. Akibatnya, mahasiswa menilai polisi tidak netral. “Polisi mengayomi masyarakat,” sindir mahasiswa dalam teriakannya.
Sumber: surya.co.id