
Mestinya umat Islam, baik parpol maupun ormas yang berafiliasi pada Islam, harus tampil lebih menonjol dalam memberikan kontribusi pada bangsa dan negara dalam agenda menciptakan perdamaian, kecerdasan, dan kemakmuran rakyat.
Oleh : Komaruddin Hidayat
SECARA tegas dan jelas Alquran menyatakan kehadiran Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad itu merupakan misi kerahmatan bagi semesta. Islam dalam arti generiknya sesungguhnya mencakup semua agama yang dibawa seluruh rasul Allah sejak Nabi Adam dan setelahnya. Jadi, pada dasarnya semua agama yang berasal dari Allah itu adalah sama dan identik pesannya, sebagai wujud kasih-Nya untuk membimbing manusia ke jalan yang benar, baik, dan membahagiakan.
Setiap agama umumnya memiliki kalender masingmasing untuk menandai harihari dan peristiwa besar yang kemudian dirayakan dengan upacara kenegaraan ataupun keagamaan. Peristiwa keagamaan pada umumnya melebur ke dalam ranah budaya sehingga upacara keagamaan dan kebudayaan isi-mengisi, termasuk juga penetapan kalender agama dan bangsa saling memperkaya. Misalnya, dalam masyarakat Barat kalender Masehi lebih dominan dan baku. Lalu Tiongkok sebagai bangsa besar dan tua juga memiliki kalender sendiri untuk menentukan hari-hari besar mereka. Dalam dunia akademis dan perdagangan, tampaknya yang dominan adalah kalender Masehi, yaitu dimulai dari peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Negara-negara muslim pun mengguna kan kalender Masehi dalam tata kelola administrasinya.
Umat Islam sesungguhnya memiliki kalender tersendiri meskipun mereka juga menggunakan kalender Masehi.Bertepatan dengan Sabtu, 25 Oktober 2014, jatuh 1 Muharam 1436 Hijriah, sebagai awal tahun baru yang diciptakan dunia Islam. Disebut kalender Hijriah karena momentumnya memang bukan diambil dari hari kelahiran Nabi Muhammad, melainkan peristiwa perjuangannya yang dipandang sangat strategis dan historis dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa hijrah dari Mekah ke Madinah.
Secara historis, peristiwa hijrah itu merupakan mata rantai yang sangat menentukan kemenangan dan perkembangan penyebaran Islam. Umat Islam begitu berat menghadapi tekanan musuh sewaktu di Mekah, lalu atas izin Allah berpindah dan melakukan konsolidasi di Madinah. Di kota itu umat Islam semakin besar jumlahnya, fondasi ajaran Islam semakin mapan, dan pada gilirannya Rasulullah dan umatnya kembali lagi ke Mekah dan menaklukkannya dengan cara damai.
Komunitas beradab
Kota Mekah dan Madinah ialah dua kota yang menjadi basis dan saksi masa-masa awal pembentukan ajaran dan umat Islam yang hidup sezaman dengan Rasulullah. Masa itulah yang selalu menjadi rujukan dan sumber inspirasi bagi pembinaan umat Islam setelahnya dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, setiap tiba tahun baru hijriah umat Islam sedunia selalu mengadakan upacara peringatan untuk mengenang kembali dan meneladani Rasulullah dan para sahabatnya, bagaimana membangun komunitas muslim yang beradab, tercerahkan, yang berhasil gemilang mengganti kehidupan tidak beradab (jahiliyyah) menjadi sangat beradab (civilized).
Pada awalnya kalender itu memang sebuah konvensi sebagai tanda perjalanan waktu, dengan mendasarkan hitungan putaran bumi, matahari, dan bulan yang kemudian melahirkan tonggak-tonggak waktu sejak dari menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan abad. Akan tetapi, untuk selanjutnya kalender selalu muncul dalam kesadaran batin kita bagaikan sebuah rumah yang berjalan (moving house) yang di dalamnya menyimpan 1.001 kenangan dan catatan peristiwa yang berjalan menyertai kita. Bahkan seluruh aktivitas kita pun selalu dibayangi dan dibatasi waktu.
Jam tangan dan kalender tak pernah luput dari kesadaran kita sehari-hari. Di mana pun kita memasuki dunia kerja, di situ akan selalu bertemu dengan informasi tanggal, hari, bulan, dan tahun. Bahkan juga jam. Jam tangan yang awal mulanya diciptakan manusia untuk mengetahui informasi waktu, sekarang posisinya menjadi berbalik. Kalangan eksekutif yang serbasibuk bahkan selalu merasa dikejarkejar jam dan waktu. Sampaisampai muncul ungkapan, kalau bisa seminggu itu menjadi sepuluh hari karena merasa sempit waktu yang tersedia untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan.
Momentum kebangkitan
Bagi masyarakat dan bangsa Indonesia yang mayoritas warganya beragama Islam, kehadiran tahun baru hijriah ini bertepatan dengan tampilnya Presiden baru Joko Widodo dan jajaran kabinetnya. Momentum ini jangan sampai disia-siakan untuk bersama-sama memajukan bangsa dan negara yang merupakan amanat dan warisan para pejuang kemerdekaan yang telah mendahului kita.Kita berjuang sesuai dengan kapasitas dan posisi masingmasing.
Jangan sampai kita dikenang sebagai generasi yang tidak memiliki tanggung jawab sejarah. Tanggung jawab untuk berpartisipasi mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat.Mesti kita ingat terus, pada awalnya penetapan kalender dan tahun baru itu untuk mengenang dan menjaga semangat serta nilai-nilai luhur kehidupan dalam rangka membangun peradaban luhur sesuai pesan-pesan ilahi. Tahun baru bukan sekadar tonggak waktu berdasarkan hitungan jumlah edar matahari atau bulan semata, melainkan monumen nilai dan semangat perjuangan yang diharapkan menjadi sumber inspirasi dan amunisi untuk selalu konsisten membangun tata kehidupan yang berkeadaban.
Dalam konteks ini, mengingat umat Islam ialah warga mayoritas dari sisi keyakinan agama, mestinya umat Islam, baik parpol maupun ormas yang berafiliasi pada Islam, harus tampil lebih menonjol dalam memberikan kontribusi pada bangsa dan negara dalam agenda menciptakan perdamaian, kecerdasan, dan kemakmuran rakyat. Harus bisa membuktikan bahwa Islam itu memang benar-benar rahmat bagi semesta, khususnya bagi Indonesia. Menjadi ironis andaikan yang terjadi justru sebaliknya.
Penulis adalah Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan tulisan ini dimuat di Koran Media Indonesia, Jumat (24/10/2014).