Presiden Amerika Serika Barack Husein Obama menyerukan agar Khaddafi menyerahkan kekuasaan. Ia mengatakan situasi di negara Afrika Utara itu sangat tidak menentu dan rezim Khaddafi telah ambruk.
Obama mengatakan masih ada pertempuran sengit di negara itu, tetapi jelas, kekuasaan Khaddafi sudah berakhir, setelah pemberontak masuk Tripoli dan menguasai sebagian besar ibukota Libya itu.
Obama mengatakan situasi di Libya sudah mencapai titik balik dan masa depan negara itu kini ada di tangan rakyat Libya. Presiden berbicara dari tempat peristirahatan Martha Vineyard di Massachussetts di mana ia sedang berlibur bersama keluarganya.
Sampai kini, pemerintah Amerika selain ikut “campur tangan” dalam serangan udara pimpinan NATO terhadap operasi militer Khaddafi, memberi bantuan keuangan bagi pengungsi dan bantuan bukan senjata kepada pemberontak.
Sementara itu, para pemimpin dunia menyambut kemajuan pemberontak dalam memasuki ibukota Libya, Tripoli, sebagai suatu langkah menuju diakhirinya kekerasan di negara itu dan dimulainya masa depan demokrasi di sana.
Amerika, Uni Eropa, Inggris dan Italia menyatakan pemerintahan pemimpin Libya Moammar Khaddafi hampir berakhir, dan mereka mendesak pemimpin Libya itu agar mengundurkan diri guna menghindari pertumpahan darah lebih banyak lagi. Di Paris, jurubicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Senin (22/8) kemarin, mengatakan kepada VOA bahwa waktu Khaddafi di Libya telah berakhir.
Perancis menyatakan pemimpin kelompok oposisi Libya akan bertolak ke Paris dalam beberapa hari mendatang.
Perlu diketahui bersama, Perancis adalah negara pertama yang mengakui Dewan Transisi Nasional yang beroposisi, sebagai perwakilan sah rakyat Libya.
Mesir resmi mengakui Dewan Nasional itu pada hari Senin. Pemberontak Libya memulai pergolakan mereka setelah revolusi di Mesir yang mengakhiri pemerintahan tiga dasawarsa pemimpin Mesir Hosni Mubarak, juga tahun ini.
Lain halnya dengan Rusia, di hari yang sama negara itu menyatakan berharap pengambilalihan oleh pemberontak akan mengakhiri pertumpahan darah yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat Libya. Dan, Kementerian Luar Negeri Rusia mendorong masyarakat internasional agar tidak mencampuri urusan dalam negeri Libya.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan kemajuan pemberontak memasuki Tripoli telah membantu revolusi Musim Semi Arab, atau Arab Spring, di Timur Tengah memantapkan dimulainya demokrasi di kawasan. Ia mengatakan London dalam waktu dekat akan dapat mencairkan aset-aset Libya di luar negeri untuk digunakan oleh rakyat Libya.
Pejabat tinggi Amerika urusan Timur Tengah, Jeff Feltman, hari Senin mengatakan kepada ABC News bahwa Gaddafi kini merupakan bagian masa lalu Libya, dan pemberontak jelas telah menang. Ia mengatakan rakyat Libya kini perlu berusaha membangun masa depan yang lebih baik.
Tiongkok hari Senin menyatakan menghormati pilihan rakyat Libya dan berharap stabilitas akan segera pulih di negara itu.
Para pejuang pemberontak Libya yang menginginkan berakhirnya kekuasaan Moammar Khaddafi. Mereka mengatakan telah menguasai sebagian besar ibukota Tripoli, setelah melewati lapisan-lapisan pertahanan dan masuk ke alun-alun Green, di mana mereka disambut ribuan warga di pusat kota itu.
Bentrokan dilaporkan terjadi hari Senin dekat kompleks Bab al-Aziziya milik Khaddafi, dan para pemimpin pemberontak mengatakan masih ada sejumlah kantung perlawanan di dalam Tripoli dan sekitarnya. Keberadaan Moammar Khaddafi tidak diketahui.
Pasukan pemberontak tidak mendapat perlawanan berat ketika memasuki kota dari arah barat setelah menguasai sebuah pangkalan militer penting dekat kota itu. Seorang jurubicara pemberontak mengatakan mereka juga mengerahkan satu kelompok pejuang masuk ibukota lewat laut dari bandara Misrata. Ia mengatakan pasukan penjaga presiden telah menyerah, dan membuat pihak oposisi bisa menguasai sebagian besar Tripoli.
Setelah pemberontak masuk, warga Libya yang bersorak di alun-alun yang telah diganti namanya menjadi alun-alun Martir oleh pemberontak, merobek dan menginjak poster-poster Khaddafi. Sampai baru-baru ini, pemerintah menggunakan daerah itu untuk demonstrasi masa mendukung pemimpin Libya tersebut.
Pemberontak mengatakan telah menawan dua putra Khaddafi, termasuk seorang yang sempat akan menjadi penerusnya, Seif al-Islam.
Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) mengkonfirmasi bahwa Seif al-Islam telah ditawan dan jaksa ICC Luis Moreno-Ocampo hari Minggu mengatakan Seif harus diserahkan ke pengadilan di Den Haag secepat mungkin. Seif al-Islam bersama ayah dan kepala intelijen Libya dituduh atas kekerasan terhadap kemanusiaan. Mereka diduga merencanakan dan memerintahkan serangan ilegal terhadap warga sipil pada hari-hari awal aksi penumpasan atas demonstran anti-pemerintah.
Sementara itu, para pemimpin oposisi mengatakan kepada wartawan, putra tertua Khaddafi, Mohammed, telah menyerah ke pasukan pemberontak.
Lalu di mana Khaddafi? Jatuhnya ibukota Tripoli ke tangan pemberontak membuat informasi tentang keberadaan pemimpin Libya Muammar Khadafi, memang masih menjadi sebuah tanda tanya di kalangan pemberontak Libya. Di mana pemimpin negara Libya itu kini belum diketahui keberadaannya.
Media Xinhua (22/08), menyebutkan bahwa Khaddafi lari mencari suaka ke Afrika Selatan. Lantas benarkah? Atau media China lupa, bahwa penguasa berumur 68 tahun itu pernah bersumpah tak akan pernah meninggalkan Libya. Dan mengatakan,“Saya seorang pejuang, seorang revolusioner. Saya bersedia mati syahid!“
Pernyataan itu sama halnya dengan Daily mail yang melaporkan bahwa kemungkinan besar Khaddafi masih berada di Libya dan tinggal dalam bunker dan terowongan bawah tanah rahasia yang khusus dibuat oleh Khaddafi.
Kebenaran itu telah diperkuat oleh pemberontak, di mana mereka telah berhasil menemukan terowongan dan ruangan di kedalaman lebih dari 100 meter di bawah tanah dalam kediaman Khaddafi di Benghazi.
Karenanya, kompleks tempat Khaddafi di Tripoli dipercaya memiliki cakupan terowongan yang lebih luas. Beberapa pihak yang kini menyebrang melawan Khaddafi menyebutkan bahwa beberapa terowongan memiliki panjang hingga ratusan mil ke bagian selatan luar Libya. Terowongan tersebut digunakan untuk rute pelarian.
Jika memang benar apa yang dikatakan pemberontak Libya bahwa Khaddafi telah lari ke tempat pelarian itu. Apakah NATO, Amerika Serikat, dan negara lain pendukung pemberontak Libya akan mampu membuat Khaddafi bertekuk lutut dan menyerah? Ataukah sebaliknya, peperangan ini akan berkelanjutan sebagaimana yang dikatakan Khaddafi bahwa dirinya bersumpah tidak akan menyerah, dan memberikan janji ia akan muncul sebagai pemenang atas dukungan masyarakat Tripoli?
Menyerah atau tidaknya rezim Khaddafi bagi tim redaksi SWATT-Online, adalah bukanlah suatu masalah. Yang menjadi permasalahan bagi kami adalah; kami tidak ingin melihat darah-darah yang tak berdosa, dan mayat-mayat yang berserakan hanya karena kepentingan politik tertentu.|Heru Lianto|Ade| SWATT-Online|
foto : The Sun