Seorang pasien penderita penyakit thalasemia, membutuhkan dana minimal Rp 300 juta per tahun, dan itu seumur hidup. Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning meminta semua pihak termasuk pemerintah agar serius menangani pasien penderita penyakit thalasemia mengingat besarnya biaya perawatan yang dikeluarkan bagi seorang pasien.
Menurut dr Ribka Tjiptaning, seorang pasien penderita penyakit thalasemia, membutuhkan dana minimal Rp 300 juta per tahun, dan itu seumur hidup.
“Kita bisa bayangkan berapa jumlah dana yang harus dikeluarkan jika di bagian perawatan ; thalasemia di RSCM ini ada 1500 orang pasien,” ujar Ribka seraya menambahkan bahwa di Indonesia diperkirakan ada sekitar 5.000 penderita penyakit kelainan sel darah itu. Hal itu dikemuka setelah mengunjungi bagian perawatan thalasemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Senin (4/7).
Penyakit thalasemia merupakan suatu kelainan darah bersifat genetik di mana kerusakan DNA akan menyebabkan tidak optimalnya produksi sel darah merah penderitanya serta mudah rusak sehingga kerap menyebabkan anemia. Pasien biasanya membutuhkan transfusi darah terus menerus untuk memperpanjang hidup.
Politisi senior PDI Perjuangan itu melanjutkan, pemerintah selama ini terlihat tidak serius dalam menangani dan mengatasi penyakit ini. Menurutnya, ketidakseriusan itu bisa dilihat jumlah penderita penyakit ini yang semakin tahun menunjukkan peningkatan.
“Pemerintah dalam ini Kementerian Kesehatan tidak terlihat serius melakukan tindakan preventif dan promotif untuk menekan peningkatan jumlah penderita penyakit thalasemia,” kata Ribka.
Kondisi ini , sambungnya, semakin diperparah dengan ketersediaan sarana seperti unit perawatan. Ribka mencontohkan bagian perawatan thalasemia yang ada di RSCM. Saat ini, ada sekitar 1500 pasien penderita yang terdaftar dan ditangani RSCM.
“Setiap hari RSCM melayani 60 pasien untuk melakukan tranfusi darah. Itupun mereka harus berhimpit-himpitan layaknya tinggal di rumah kos-kosan. Apa yang bisa dilakukan maksimal dengan kondisi ruangan yang luasnya tidak mencapai 30 meter persegi. Jadi kalau mereka mendapatkan transfusi darah, para pasien itu harus berjejal,” keluh Ribka.
RSCM melayani 1.500 anak dari berbagai daerah yang menderita penyakit thalasemia, dengan kondisi sarana yang tidak layak dan kurang manusiawi. Persoalan penting yang dihadapi pasien thalasemia adalah ketersediaan obat. Bagi penderita penyakit thalasemia sering mengalami komplikasi kelebihan zat besi. Obat tersebut masih impor dan belum ada kebijakan bebas biaya impor. |dtc|