Ketidakadilan ekonomi dan sosial di Papua terbilang sungguh luar biasa. Semestinya kekayaan alam Papua bila dikelola dengan baik dan adil dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua yang berjumlah sekitar tiga juta jiwa.
“Berbagai dana dari pusat, di luar anggaran rutin, hanya 30 persen yang sampai ke rakyat. Sebanyak 70 persen habis oleh birokrat dan politisi lokal. Saya meminta agar hal ini diawasi sehingga persentasenya bisa dibalik, 70 persen untuk. Bila itu terjadi, barulah manfaat NKRI dapat dirasakan rakyat Papua,” ujar mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli ketika berbicara dalam peresmian Pusat Studi Papu di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta (Senin, 11/4).
Rizal juga mengatakan, ketika terakhir kali mengunjungi Papua di tahun 2009, dia berpesan agar elit Papua mengubah kebiasaan buruk mereka, seperti terlalu banyak minum alkohol dan mabok termasuk pada hari kerja. Jika mereka tidak berubah, generasi muda Papua harus mengambil alih kalau tidak Papua tidak akan memiliki harapan.
“Walaupun itu kritik keras, saya kaget dapat tepuk tangan ribuan peserta,” ujar Rizal.
Dia juga mengatakan, sampai saat ini komunikasi antara dirinya dengan tokoh adat, intelektual dan pemuda Papua masih berlangsung. Mereka kerap berkunjung ke kediaman Rizal. Dari serangkaian pembicaraan dengan warga Papua itu, Rizal menyimpulkan bahwa rakyat Papua sangat mengharapkan perubahan kebijakan terhadap Papua.
“Dari pengalaman-pengalaman itu, saya optimis bahwa Papua akan tetap jadi bagian Republik Indonesia. Papua masih memiliki banyak harapan. Tetapi harus ada perubahan pendekatan yang penuh empati, manusiawi dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua,” ujar Rizal.
|rakyatmerdekaonline.com|