Jumlah uang yang beredar di Jateng selama masa Lebaran tahun ini diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun. Jumlah tersebut dihitung dari nilai yang dibelanjakan sekitar 2,98 juta pemudik yang datang atau sekadar melintasi Jateng.
Asisten II Sekda Jateng Bidang Ekonomi Pembangunan Sriyadhi mengatakan, jumlah tersebut meningkat sebesar Rp 400 miliar dibanding 2009 lalu. Pada 2009, jumlah uang yang beredar selama lebaran mencapai Rp 1,1 triliun.
“Peningkatan jumlah uang yang beredar, terkait kenaikan jumlah pemudik. Pada 2009, jumlah pemudik hanya 2,8 juta orang. Tahun ini diperkirakan meningkat menjadi 2,98 juta orang,” katanya.
Perkiraan tersebut berasal dari asumsi setiap orang pemudik rata-rata membelanjakan uangnya Rp 500 ribu di Jateng. “Di antaranya untuk membeli BBM, belanja kebutuhan pokok, makan-minum, membeli pakaian baru, juga tradisi memberi uang kepada anggota keluarga saat Lebaran,” katanya.
Sriyadhi mengatakan, jumlah uang yang beredar di Jateng bisa lebih tinggi lagi dari perkiraan tersebut. Sebab perkiraan itu belum termasuk adanya pemudik yang menginvestasikan uangnya dalam bentuk lain. Seperti membeli tanah, ternak, sawah, maupun menanamkan modal usaha. “Angka Rp 1,5 triliun itu murni yang dibelanjakan untuk kebutuhan pokok saat menyambut maupun selama Lebaran,” tandasnya.
Dia mengakui, muncul kekhawatiran tingginya jumlah uang yang beredar tersebut akan menyebabkan inflasi tinggi. Namun, menurutnya, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, dari pantauan pasar sampai saat ini, tidak terjadi lonjakan harga berbagai kebutuhan pokok. “Kenaikan harga yang terjadi, masih dalam taraf normal.”
Dia menyebut, jumlah pemudik dan yang melintasi Jateng tahun ini diperkirakan mencapai 5,18 juta, atau meningkat 7,82 persen dibanding tahun lalu sebesar 4,80 juta orang.
Jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor sebanyak 1,96 juta orang. Sementara, pemudik yang menggunakan jasa bus sekitar 1,07 juta orang dan pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi mencapai 1,81 juta orang.
Anggota Komisi D DPRD Jateng Sri Praptono menilai, salah satu hal terpenting dalam tradisi menyambut pemudik adalah menyiapkan sarana dan prasarana secara maksimal.
Hanya saja, menurutnya, kondisi jalur pantura saat ini masih menjadi salah satu titik paling rawan terjadinya kecelakaan. “Karenanya, kami mendesak Pemprov menyiapkan prasarana sebaik mungkin, termasuk rambu lalu lintas dan petugas,” katanya.
Sumber: jawapos.com