Niat bagi-bagi makanan di jalanan untuk sahur atau yang biasa disebut sahur on the road (SOTR) memang mulia. Tapi bila disalahgunakan, kegiatan ini justru bisa menimbulkan korban jiwa. Seperti yang terjadi pada anggota rombongan SOTR SMAN 28 Jakarta hari Sabtu (13/8) subuh. Dua siswi sekolah favorit di Jakarta itu tewas setelah mobil yang mereka tumpangi terguling di kawasan Buncit, Jakarta Selatan.
Agar peristiwa ini tidak terulang, orang tua mempunya peran yang sangat penting. Jika kegiatan itu tidak jelas izinnya, sebaiknya orang tua tegas melarang anaknya mengikuti kegiatan semacam itu. “Sebenarnya itu kegiatan mulia, tapi karena mungkin pesertanya belum siap secara mental jadi sebaiknya orang tua melarang karena yang ada kegiatan itu bisa menimbulkan masalah,” kata sosiolog Musni Umar kepada wartawan, Senin (15/8/2011).
Musni mengatakan, saat ini banyak orang tua yang terlalu cuek dengan anak-anaknya. Dengan alasan memberi kebebasan anak untuk berekspresi, orang tua kerap melakukan pembiaran kepada anak-anaknya. “Orang tua terlalu membebaskan anak melakukan apa saja, jadi pada bulan Ramadan seperti ini kebut-kebutan di jalan dengan dalih agama seperti sahur di luar,” kata Musni.
Selain itu, sekolah sebaiknya juga memberi pengawasan kepada siswa-siswinya. Kegiatan semacam itu seharusnya dilakukan atas izin dan pengawasan sekolah masing-masing. “Mereka ini kan masih remaja, belum matang, jadi sebaiknya ada pendampingan. Kalau perlu dengan izin dari kepolisian,” katanya.
Sebelumnya dua siswi SMAN 28 tewas dalam kecelakaan mobil di Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Mobil Toyota Yaris yang dikemudikan Muhammad Hadi Wibowo itu terbalik setelah melaju dengan kecepatan tinggi. Korban adalah Nur Aisah Siregar dan Astrid. Sementara Bowo dan dua rekan yang lain yang juga berada dalam mobil itu terluka dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. |dtc|