MAROS, BKM — Aiptu Abdul Rahim, Danton Dalmas Polres Maros tewas dibacok seorang warga yang disebut-sebut sebagai sesepuh kelompok aliran tertentu bernama Ahad, Senin (9/5) siang di jalan poros Maros-Bantimurung, sekitar 1 kilometer dari ibu kota Maros. Ahad sendiri ikut tewas setelah delapan peluru menembus tubuhnya.
Insiden berdarah ini terjadi saat Ahad bersama rombongannya melintas di tengah aksi unjuk rasa. Karena tak mengenakan helm dan mengumbar senjata tajam di depan polisi, Ahad kemudian dihadang dan diminta agar menyembuyikan senjata tajamnya.
Tapi Ahad tidak menerima dengan baik teguran itu. Ahad kemudian mencabut parang sambil menantang polisi berduel.
Saat itu, puluhan polisi dari Polres Maros tengah melakukan pengamanan unjuk rasa di balai Penelitian Perikanan, Kelautan dan Air Payau Karos.
Tiba-tiba Ahad mengayunkan parangnya ke udara sambil terus berteriak menantang berjalan ke arah polisi. Tidak terima itu, polisi kemudian berupaya mengamankan Ahad, dengan berdialog beberapa saat.
Namun dialog itu tidak membuahkan hasil. Ahad semakin membabi buta.
Melihat itu, Abdul Rahim berupaya membuang parang Ahad dengan menggunakan sebuah bambu panjang dengan cara memukulkan ke bagian lengan pria itu. Namun nahas, parang Ahad tidak terlepas, malahan membuatnya kian beringas.
Seketika ia bangkit dan menyerang polisi yang berupaya mengamankan badiknya.
Abdul Rahim yang diserang berupaya membela diri sekuat tenaga. Ia terdesak hingga ke pagar milik seorang warga. Sampai langkahnya terhenti dan sebuah ayunan parang dari Ahad tepat mengenai lehernya.
“Disitulah Ahad kemudian menusuk leher Abdul Rahim dengan parang yang dipegangnya di tangan kiri,” ungkap Usman, seorang saksi mata.
Melihat luka tusukan di leher Aiptu Rahim, sejumlah warga dan polisi berupaya memberi pertolongan. Sementara Ahad yang sudah menusuk leher Aiptu Rahim, kian membabi buta dan menyerang lagi dua anggota polisi lainnya, yakni Briptu Aswan dan Briptu Hamzah.
Aswan mengalami luka tusuk di bagian perut, sementara Briptu Hamzah mengalami luka tebasan di lengan kanan serta jempol kanan.
Setelah melihat telah jatuh korban dari pihak kepolisian, Kapolresta Maros AKBP Ferdinan memerintahkan untuk melumpuhkan Ahad. Ferdinan memerintahkan untuk menembaki lengan Ahad yang masih menggenggam sebuah parang.
Tapi karena terus membabi buta, akhirnya ia terpaksa diberondong peluru hingga akhirnya jatuh bersimbah darah.
Ahad tewas di tempat.
Sementara tiga pengikutnya juga terpaksa dilumpuhkan polisi.
Bupati Maros HM Hatta Rahman yang dikonfirmasi terkait menuturkan, pada awalnya isu yang berkembang Ahad merupakan ketua aliran sesat. Namun setelah dilakukan peninjaun dan penelusuran di Desa Laiya, Cenrana diketahui Ahad dan pengikut-pengikutnya bukanlah aliran sesat. Namun mereka tergolong orang dengan pemahaman terbelakang. Baik agama, pendidikan dan ekonomi sehingga mereka sering melakukan aktivitas yang ditegarai mengarah ke aliran sesat.
“Untuk itu kita meminta aparat keamanan untuk melakukan pengawasan ketat terhadap penggunaan senjata tajam,” ujar Bupati.
Sementara Marwan, anak keempat Aptu Abd Rahim, yang dihubungi di rumah duka mengaku merasa sangat kehilangan atas kepergian bapaknya yang begitu mendadak. Di mata anaknya, Rahim adalah sosos ayah yang tegas.
Kepergian bapaknya sama sekali tidak ada firasat. “Tapi selama dua hari terakhir ini bapak selalu terlihat gelisah tidur. Namun dianggapnya hanya penyakit ginjalnya yang kumat sehingga ia tidak bisa tidur,” katanya.
Sumber: beritakotamakassar.com