Semarang, Jum’at 4 Februari 2011 dalam rangkaian reuni akbar abituren Akademi Angkatan Bersenjata R.I angkatan 1985 atau lebih dikenal disebut sebagai Delima Nusantara diterima oleh Gubernur Akademi Kepolisian Irjend. Pol. Drs. Budi Sutomo di gedung pertemuan Serba Guna Candi Baru Semarang. Dalam sambutannya Irjend. Pol. Drs. Budi Sutomo diantaranya menyampaikan selamat datang kepada kurang lebih 334 perwita TNI dan Polri untuk bersilaturahmi di Akademi Kepolisian Semarang.
Beliau Gubernur Akpol juga menyampaikan terima kasih atas kepedulian Delima Nusantara yang telah memberikan tali asih sebagai bentuk kepedulian kepada lembaga pendidikan yang dulu pernah mendidik sebagian dari pada abituren 1985 khususnya dari para perwira kepolisian. Ada beberapa perubahan di lingkungan pendidkan Polri saat ini khususnya di Akademi Kepolisian, bila dulu cenderung berupaya melahirkan para praktisi yang profesional, tetapi saat ini berupaya melahirkan para perwira Polri yang prkatisi dan juga akademisi yang profesional, jujur dan bermoral.
Dalam sambutan ini Gubernur Akpol menegaskan dan berpesan sebagai salah satu senior di lingkungan Polri kepada para peserta silaturahmi Delima Nusantara ini agar menyatukan tekad yang kuat untuk mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa.
Digaungkannya Hyme Taruna.
Dalam rangkaian acara ini, sebelum rangkaian acara dimulai digaungkan lagu yang sangat familier ditelinga para abituren atau alumni Akabri baik Akabri TNI dan Polri pada saat mereka masih di lembaga pendidikan, yaitu Hymne Taruna.
Biar badan hancur lebur
Kita kan bertempur
Membela keadilan suci
Kebenaran murni
Dibawah dwi warna panji
Kita kan berbakti
Mengorbankan jiwa dan raga
Membela ibu pertiwi
Reff :
Demi Allah maha esa
Kami kan bersumpah
Setia membela nusa dan bangsa
Tanah tumpah darah.
Begitu lama lagu itu tidak dikumandangkan lagi oleh kebanyakan abituren dan tentu tak terelakkan ketika mereka membawakannya begitu hikmat dengan sikap sempurna, telah mendirikan kuduk dan bulu-bulu tangan mereka sebagai efek dari bergetarnya jiwa dan raga mereka, bahkan beberapa diantara mereka menitik air mata dengan tiada terasa. Betapa mulianya hymne mereka yang hampir setiap upacara dan pertemuan ketika mereka menjadi taruna mereka lantunkan dengan hikmat dan saat ini bagaimana dengan perjalanan mereka setelah menjadi perwira TNI dan Polri.
Adakah kemuliaan kata-kata dalam setiap bait hymne taruna tersebut telah mengilhami atau menjadi spirit kinerja mereka. Adakah para perwira Polri telah betul-betul membela keadilan suci ketika mereka menjalankan tugas sebagai aparat penegak hukum, atau pada saat mereka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Adakah mereka telah betul-betul membela kebenaran murni.
Ketika bulu kuduk dan bulu-bulu tangan mereka berdiri, ketika mungkin hati mereka tersentuh dan menitikkan air mata mereka pada saat merenungi bait per bait kata demi kata dalam hyme taruna tersebut. Setitik harapan penulis semoga kata-kata mulia itu yang pada dasarnya sifat-sifat sang pencipta mereka akan terhujam dan menggores dalam di hati mereka dan terimplementasi dalam sifat dan sikap keseharian mereka atau menjadi tabiat, skill atau keterampilan dalam melaksanakan keseharian tugas berbakti kepada nusa dan bangsa mereka atau kepada masyarakat mereka yang sungguh mengidam-idamkan aparat negara khususnya aparat penegak hukum yang mumpuni atau yang rahmatan lil alamin.|polri.go.id|