Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro akan membuka Jakarta International Defense Dialog 2012 (JIDD 2012). JIDD 2012 dengan tema “Strengthening Security and Stability” ini akan diselenggarakan pada tanggal 21-23 Maret 2012 di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Dialog ini akan dihadiri oleh delegasi negara-negara dari Asia, Eropa, Amerika, dan Australia, serta Menteri Pertahanan Negara ASEAN, dan beberapa panglima angkatan bersenjata negara di Asia. Menurut Rektor Universitas Pertahanan Indonesia, Syarifudin Tippe, Sekjen PBB Ban Ki-Moon akan menjadi pembicara kunci pada hari pertama JIDD 2012, dengan tema pembahasan “Operasi Militer Selain Perang – Kolaborasi dan Integritas Untuk Memperkuat Keamanan dan Stabilitas Global”.
“Dialog Internasional yang berlangsung selama tiga hari ini akan mempersatukan politisi, praktisi, pembuat kebijakan, dan akademisi dalam dialog yang harmonis,” kata Syarifudin di Universitas Pertahanan Indonesia, Jakarta Pusat, Senin, 5 Maret 2012. Ia menjelaskan dialog ini dirancang untuk mengembangkan strategi global, regional, dan nasional dalam upaya memberantas kekerasan berdalih kepercayaan dan pergolakan di kalangan masyarakat, terorisme, serta penyebaran senjata.
“Negara-negara di Asia Pasifik yang memiliki karakter berbeda-beda saat ini menghadapi tantangan yang hampir sama seperti ancaman terorisme dan tahapan pergolakan ideologi di masyarakat yang menjurus kepada ancaman keamanan”
“Fakta tersebut mengharuskan negara-negara ini untuk bersama-sama menemukan solusi terbaik dengan mengharmonisasi interaksi antara institusi intelijen, militer, dan kepolisian masing-masing negara,” ungkapnya.
Hadir pula dalam acara ini Perdana Menteri dan Menhan Timor Leste Xanana Gusmao dan mantan Presiden Filipina Fidel Ramos, serta Assistant Director of Nasional Intelligence for Partner Engagement National Intellogence USA Lt.Gen. Michael Flynn, President Cooperative Cyber Defense Center of Excellence Col. Ilmar Tamm, dan Under Secretary General and Emergency Relief Coordinator UN OCHA Valerie Amos.
“Ancaman ke depan adalah cyber. Dengan adanya dialog ini, walaupun tidak ada keputusan yang mengikat, kita bisa menggali untuk pengayaan informasi,” pungkasnya. |viva|