
Seorang wanita Swiss diduga diculik oleh orang-orang militan Al-Qaida, lalu menahannya di provinsi Shabwa, Yaman tenggara.
“Seorang wanita Swiss diculik di Hodeida (di kawasan pesisir Laut Merah) oleh orang-orang bersenjata yang membawanya ke provinsi Shabwa,” kata seorang pejabat provinsi kepada AFP.
“Menurut informasi yang kami terima, Al-Qaida bertanggung jawab atas penculikan itu,” lanjutnya.
Pejabat itu menambahkan, penculik “menuntut pembebasan dua militan Al-Qaida yang ditahan di Hodeida”. Ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu.
Seorang pejabat keamanan juga menuduh Al-Qaida bertanggung jawab atas penculikan itu.
“Penculikan itu memiliki ciri-ciri Al-Qaida,” katanya kepada AFP.
Ia menambahkan, hanya sebuah kelompok yang sangat terorganisasi seperti Al-Qaida mampu melakukan operasi semacam itu — menculik wanita di Hodeida dan kemudian membawanya melewati tiga provinsi menuju Shabwa.
Shabwa adalah markas loyalis kelompok jihadis lokal Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang anggota-anggotanya berperang di bawah bendera Pengikut Sharia.
Kementerian Luar Negeri Swiss mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan Jumat bahwa seorang warga negara Swiss diculik Rabu malam di Yaman.
Sejak protes anti-pemerintah meletus di Yaman pada akhir Januari 2011, militan memanfaatkan melemahnya kekuasaan pusat dengan membangun pangkalan di sejumlah provinsi selatan.
Pasukan keamanan Yaman selama beberapa bulan memerangi kelompok orang bersenjata yang dituduh sebagai anggota Al-Qaida di Abyan, Yaman selatan, khususnya di ibu kota provinsi itu, Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai oleh militan sejak Mei 2011.
Kekerasan menewaskan ratusan prajurit sejak militan bersenjata yang menamakan diri Ansar al-Sharia (Pengikut Sharia) menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei. Ratusan militan juga tewas dalam bentrokan-bentrokan.
Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.
Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari 2011 yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan ratusan orang.
Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaida, kehilangan dukungan AS.
Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.
Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.
Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaida akan menimbulkan “ancaman nyata” bagi AS.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP). (ant)