
DINAS Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Jakarta mencatat, sejak Januari hingga 15 September 2014 telah terjadi 696 kasus kebakaran dan merugikan Rp238 miliar.
Taksiran kerugian itu dikatakan Kepala Seksi Informasi dan Publikasi Bidang Partisipasi Masyarakat Damkar dan PB Sahrudin. Dan kasus kebakaran ini lebih tinggi daripada kerugian di tahun 2013 dengan total kerugian sebesar Rp124 miliar dari 712 peristiwa.
Sahrudin menjelaskan berdasarkan data yang diperoleh, peristiwa yang terbesar ialah kebakaran 2.000 kios di Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada April 2014.
“Kerugian Pasar Senen mencapai Rp113 miliar. Kemudian sepanjang 2014 kebakaran juga mengakibatkan 10 orang meninggal dunia dan 33 orang luka-luka. Sebanyak 2.170 kepala keluarga juga kehilangan tempat tinggal sepanjang periode tersebut,“ kata dia.
Data Damkar dan PB DKI Jakarta mengungkapkan Kota Jakarta Barat memiliki kejadian terbanyak dengan 188 peristiwa disusul Jakarta Timur 156 peristiwa kemudian Jakarta Pusat paling minim dengan 85 peristiwa. Kepala Suku Dinas Pemadan Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Barat Jon Vendri pada awal akhir Agustus juga pernah menyatakan hal serupa.
“Perhatian kami sering tertuju ke wilayah Tambora. Ternyata dari data 2013, angka kebakaran di Kecamatan Cengkareng paling tinggi dari seluruh kecamatan di Jakarta Barat, yaitu 40 kali,“ katanya.
Sebanyak 72% kejadian atau 501 dari 696 kebakaran di DKI Jakarta dipicu masalah listrik. Kebakaran karena kompor terjadi sebanyak 44 peristiwa, 31 kebakaran karena rokok, dan 120 kebakaran karena dipicu faktor lain seperti pembakaran sampah, pedagang bensin eceran, dan petasan.
Khusus kebakaran yang dipicu karena masalah listrik, Sahrudin menengarai tidak ada aktivitas rutin penduduk di permukiman melakukan pemeriksaan instalasi kelistrikan di rumah tinggal. Ia juga mengatakan perilaku pencurian listrik sangat berpotensi menimbulkan kebakaran.
“Di pemukiman padat pen duduk kita pernah jumpai masyarakat yang mengambil listrik secara tidak secara resmi, mereka tidak memiliki meteran listrik serta menggunakan kabel yang tidak standar,“ kata Sahrudin. Ia menjelaskan penggunaan kabel listrik yang tidak standar dan melampaui batas daya dengan memodifikasi meteran pengaman listrik berpotensi menimbulkan panas dan percikan api.
Oleh karena itu, Sahrudin meminta masyarakat menggunakan instalasi listrik sesuai standar, tidak memodifikasi meteran pengaman listrik, dan menggunakan listrik sesuai daya.“Banyak yang curang dengan memodifikasi meteran listrik supaya bisa memakai listrik seenaknya kemudian rumahnya terbakar, mau untung malah rugi,“ katanya.
Pencurian
Selain itu upaya pemadaman kebakaran oleh Damkar dan PB DKI Jakarta ternyata juga tidak berjalan mulus. Terdapat sebanyak 586 dari 1.346 kepala kopling hidran atau tempat aliran air untuk pemadam kebakaran di DKI Jakarta dicuri orang atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Total ada 1.346 kopling hidran yang ada di DKI Jakarta. Namun, 586 tidak ada kepala kopling hidrannya. Tidak ada di sini, artinya bisa dicolong atau dicuri,“ kata Sahrudin seperti dinukil Koran Media Indonesia, Selasa.
Padahal, kepala kopling hidran itu berfungsi sebagai penyambung antara selang yang ada di mobil damkar dan air yang ada di dalam hidran.
Tingginya jumlah kejadian kebakaran membuat Damkar dan PB DKI Jakarta mengharapkan penyediaan pos pemadam kebakaran di tingkat kelurahan sehingga bisa menanggulangi peristiwa lebih dini. Berdasar data Damkar dan PB DKI Jakarta, masyarakat mampu mengatasi 27 peristiwa kebakaran dari 696 peristiwa di Jakarta.