Ketika serangan 11 September 2001 terjadi di New York, banyak orang yang terperangkap dalam gedung kembar World Trade Center yang tengah dilalap api, memutuskan untuk melompat keluar gedung.
Salah satunya terabadikan dalam foto bertajuk “The Falling Man.” Tak bisa dipastikan siapa ia sebenarnya, tapi ia diduga bernama Jonathan Briley, seorang teknisi audio yang bekerja di lantai 107 gedung WTC.
Kakak Jonathan, Gwendolyn Briley-Strand adalah seorang seniman teater. “Kebebasan sulit untuk didapat. Harganya mahal,” ujar karakternya, Harriet Tubman, pahlawan Amerika yang membantu para budak melarikan diri di abad XIX. Pesan itu pulalah yang Briley-Strand sampaikan sambil mengenang kematian adiknya sepuluh tahun yang lalu.
“Saya dan karakter saya, Harriet, berada dalam jalan yang sama. Kita tidak ingin warga Amerika menganggap remeh kebebasan yang kita miliki,” ujar Briley-Strand.
Bagi banyak keluarga korban 11 September, peringatan 10 tahun ini membawa luka lama. Di seluruh Amerika, berbagai upacara dan renungan digelar, berpusat di Ground Zero atau lokasi serangan 11 September, di mana dulu, menara kembar gedung World Trade Center megah mencakar langit.
Tapi, Gwendolyn mengaku telah menerima kenyataan dan berharap adiknya mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. “Siapa saya untuk mempertanyakan kenapa Tuhan tidak menangkapnya dan membiarkan ia (Jonathan) jatuh?,” tutur Briley-Strand.
Jonathan Briley bukan satu-satunya yang melompat dari menara kembar hari itu. Menurut catatan, tak kurang dari 200 orang melakukan hal yang sama. Dari 2.753 yang meninggal dunia di New York akibat serangan tersebut, baru sekitar 1.630 korban yang dapat diidentifikasi jenazahnya.
Para pejabat kontraterorisme Amerika sedang menyelidiki ancaman teror yang mereka sebut kredibel namun belum dikukuhkan, yang direncanakan berlangsung bersamaan dengan peringatan 10 tahun serangan teroris 11 September di Amerika Serikat.
Pihak berwenang hari Kamis menyatakan menemukan informasi yang menunjukkan ancaman itu mungkin terfokus pada Washington atau New York. Para pejabat mengatakan mereka mencurigai tiga orang, termasuk seorang warganegara Amerika, yang memasuki Amerika bulan Agustus dengan niat melakukan serangan bom mobil.
Hari Kamis malam, Walikota New York Michael Bloomberg mengatakan, kota itu meningkatkan keamanannya menanggapi ancaman tersebut. Ia mendorong warga New York agar melakukan kegiatan seperti biasa, meskipun ada potensi ancaman tersebut.
Kepala Biro Penyelidik Federal Divisi New York Jan Fedarcyk juga menolak menyebut kelompok tertentu di balik ancaman tersebut. Tetapi ia mengatakan informasi yang dikumpulkan sewaktu Amerika menyerbu kompleks Osama bin Laden di Pakistan pada Mei lalu menunjukkan bahwa kelompok-kelompok seperti al-Qaida memiliki kepentingan pada tanggal-tanggal tertentu.
Walikota Washington Vincent Gray mengatakan pihak berwenang telah mengambil tindakan pencegahan, bekerjasama dengan badan-badan federal, untuk mengatasi ancaman.
Ia lalu menolak memberi rincian, tetapi mendesak warga agar tetap waspada. Walikota New York dan Washington menyatakan ancaman serangan itu tidak akan mengganggu acara peringatan 11 September pada hari Minggu.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan Presiden Barack Obama menerima setiap informasi terbaru mengenai ancaman tersebut. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah secara signifikan telah meningkatkan keamanan dan upaya-upaya kesiagaan menjelang peringatan 11 September, tetapi Presiden hari Kamis meminta otorita kontraterorisme agar melipatgandakan upaya mereka untuk melindungi Amerika dari serangan apapun.