Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Palaran boleh berbangga. Pertumbuhan kawasan yang berada di ujung Kota Samarinda ini memang bergerak cukup pesat. Mulai pembangunan Stadion Utama dan Terminal Peti Kemas (TPK) Palaran dibangun di daerah ini. Tapi kenyataanya hal tersebut tidak serta merta membuat masyarakatnya sekitar puas. Sebaliknya, akibat pembangunan tersebut konsekuensinya setiap hari warga Palaran harus beradu dengan maut.
Gara-garanya aktivitas kendaraan besar pengangkut kontainer yang lalu lalang di kawasan Palaran membuat kendaraan pribadi masyarakat lainnya harus beradu di jalan. Nahasnya, kondisi ruas jalan di sepanjang kecamatan Palaran justru semakin memprihatinkan. Tak salah jika warga Palaran harus beradu maut tat kala setiap hari harus berdampingan dengan kendaraan “raksasa” tersebut. Kondisinya kian parah, saat berada di ruas Jl Dwikora. Ya, keberadaan tanjakan di Kelurahan Simpang Pasir ini kerap membuat kendaraan pengangkut kontainer terhenti karena tak mampu naik hingga ke puncak. Kalau sudah begini, kendaraan lainnya pun harus ekstra berhati-hati.
“Pemerintah jangan hanya mau membangun bangunan-bangunan besar di Palaran. Yang lebih penting adalah mengimbangi pembangunan tersebut dengan ketersediaan infrastruktur yang layak. Contohnya jalan harus diperlebar, karena fungsinya bukan hanya jalan umum, tapi juga digunakan sebagai jalur lalu-lalang kendaraan besar,” terang Amir Syarifuddin, seorang tokoh masyarakat Palaran.
Kendati pembangunan di Palaran cukup pesat, dia justru berpikir pesimistis. Alasannya, sebagai masyarakat biasa dia dan warga lainnya tidak terlalu memikirkan bangunan besar apa yang ada telah dibangun di Palaran. “Yang penting bagi kami adalah bagaimana caranya aktivitas warga tidak terganggu. Tapi yang kami rasakan sejak TPK Palaran rampung kami justru merasa selalu terancam akibat tingginya aktivitas kendaraan kontainer. Parahnya lagi kendaraan kontainer tersebut beraktivitas tak kenal waktu,” urainya lagi.
Ya, sejak TPK Palaran rampung mobilitas kendaraan kontainer yang melalui jalur Palaran kian padat. Maklum, sampai saat ini jalur Palaran masih menjadi satu-satunya akses yang dapat ditempuh untuk keluar masuk Palaran. Sedangkan jalan pendekat yang dibangun untuk menunjang operasional dari dan menuju TPK Palaran hanya berfungsi agar kendaraan besar tidak melalui jalur pemukiman di Kelurahan Bukuan.
“Jalan pendekat Pelabuhan kan, sama sekali tidak mengurangi aktivitas kendaraan di Palaran. Karena jalan pendekat tersebut hanya memotong jalur agar kendaraan besar tak melalui pemukiman padat di Bukuan,” pungkas Amir Syarifuddin.
Sumber: sapos.co.id