SIDRAP, BKM — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Sidrap menyatakan saat ini Sidrap siaga satu terhadap penyakit flu burung. Ini setelah puluhan ribu ekor ayam di daerah ini mati akibat virus avian influenza (AI), virus penyebab flu burung.
Data terakhir yang diperoleh di Dinas Peternakan dan Perikanan Sidrap, jumlah ayam yang mati sudah mencapai 38 ribu ekor lebih. Bahkan, saat ini, flu burung telah menyebar hampir di seluruh wilayah kabupaten ini.
Kepala Disnakkan Sidrap, Ir HM Azis MM saat dikonfirmasi BKM, Kamis (7/6) mengatakan, data kasus kematian unggas tersebut sesuai dengan laporan masyarakat dari 11 kecamatan yang ada di Sidrap.
“Sebelas kecamatan di Sidrap saat ini tergolong endemik flu burung. Dari 11 kecamatan, dua kecamatan yakni Maritengngae dan Panca Rijang termasuk paling parang. Makanya, Pemkab Sidrap memutuskan Sidrap siaga satu flu burung,” ujar Azis.
Menurut Azis, cepatnya penyebaran flu burung di sentra peternakan unggas ini disebabkan ketidaktahuan para peternak atas penyakit ini. Selain itu, kata Kadis, juga disebabkan minimnya stok vaksin dan disinfektan serta alat uji (rapid tes).
Untuk itu, ia berharap Pemprov Sulsel segera memberikan bantuan untuk mengatasi flu burung di Sidrap. Hingga saat ini, kata dia, bantuan Pemprov Sulsel hanya berkisar 1.500 liter disinfektan. Padahal, untuk mengatasi masalah ini, Sidrap butuh 3.500 liter disenfektan.
Azis juga mengaku telah menurunkan petugas yang siaga 24 jam. Namun, Azis juga meminta peran aktif masyarakat dan peternak agar segera melaporkan jika ada dugaan flu burung di wilayahnya.
“Saya sangat harapkan semua elemen masyarakat agar melapor jika menemukan kasus tersebut ke posko kesehatan hewan yang sudah kita buat di setiap desa dan kelurahan,” pinta Azis.
Di tempat terpisah, Kadis Peternakan Sulsel Ir Murtala Ali kepada BKM, kemarin mengatakan, untuk mencegah menyebarnya penyakit flu burung ke kabupaten lain, Sidrap sudah diisolir. Semua unggas dari Sidrap dilarang untuk dibawa ke kabupaten lain.
“Semua daerah yang berbatasan dengan Sidrap kami sudah jaga ketat. Unggas dari Sidrap tidak dibolehkan keluar dari Sidrap,” tegas Murtala.
Menyangkut permintaan disenfektan, Murtala mengaku telah mengirim disenfektan tambahan sebanyak 850 liter ke Sidrap. “Kami juga besok (hari ini) akan turun ke Sidrap untuk membantu penanganan flu burung,” katanya.
Ditanya soal data ayam yang mati yang disebabkan flu burung, Murtala mengaku, data terakhir yang diterima Dinas Peternakan Sulsel sekitar 12 ribu ekor. “Itu data secara tertulis yang kami terima, kalaupun Dinas Peternakan Sidrap melaporkan sudah 38 ribu lebih, saya belum tahu,” katanya.
Ancam Harga Telur dan Ayam
Wabah flu burung di Sidrap kini mulai membuat sejumlah pedagang telur dan ayam potong ketakutan. Pasalnya, saat ini harga telur dan ayam potong terancam turun hingga 30 persen.
Salah seorang pedagang telur yang sehari-harinya menjual telur di pelataran Terminal Pangkajene, Nursiah (35) mengaku prihatin dengan kondis ini.
“Jujur kami semua sangat khawatir dengan kedaaan seperti ini. Terlebih lagi adanya persaingan harga telur dari Surabaya. Mana tidak lama bulan puasa,” ungkap Nursiah yang mengaku harga telur masih normal.
“Untuk harga ayam pedaging hingga kini masih relatif normal. Harganya tetap Rp 40 ribu per ekor. Kita berharap harga ini tetap stabil bahkan kalau bisa naik menjelang ramadan nanti,” ujar Andaling, salah satu penjual ayam potong di Pasar Sentral Pangkajene, kemarin.
Sumber: beritakotamakassar.com