
Kasus pemukulan yang dialami ASF (14) siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mubarak, Jalan Al-Mubarak II, Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, oleh oknum guru sekolah tersebut beberapa waktu lalu berbuntut panjang.
Oknum berinisial KHL (25) kini telah dinonaktifkan oleh pihak yayasan untuk sementara waktu. Pihak sekolah juga akan melakukan investigasi untuk mengungkap kejadian tersebut.
“Jadi saat ini KHL sudah kami nonaktifkan untuk sementara,” ujar Junaedi, Kepala Pengurus Umum Yayasan SMPIT Insan Mubarak, Rabu (28/9) seperti dilansir beritajakarta.com
Ia berjanji untuk tahap penyelidikan semua pihak yang terlibat termasuk saksi akan dimintai keterangan oleh pihak sekolah agar permasalahan jelas, hingga tidak merugikan satu pihak saja.
Kepala Divisi Pendidikan SMPIT Insan Mubarak, Rosita Komala Dewi mengatakan, oknum guru berinisial KHL telah dinonaktifkan sepekan sejak kejadian, Kamis 22 September lalu. Artinya, sejak peristiwa itu, KHL tidak diperbolehkan mengajar.
KHL, saat konferensi pers dengan wartawan di sekolah tersebut akhirnya mengakui, jika tangannya sempat memukul wajah ASF. Ia mengaku, itu dilakukan karena kesal dengan ulah ASF yang dinilai mengganggu pekerjaannya.
“Saya akui tangan saya memang sempat mengenai wajah ASF. Pemukulan itu saya lakukan karena kesal, sebab saya saat itu tengah mengetik skripsi. Saya merasa terganggu dan menyuruh ASF pergi. Saya tidak berniat memukulnya, saya khilaf,” sesalnya.
KHL yang di asrama sekolah itu juga bertugas mengajar pelajaran Adab, Akhlak dan Bahasa Arab juga mengaku, kesal dengan ulah korban yang saat itu telah menganggunya dan rekannya dengan mengambil kunci kamar.
Namun, saat dirinya meminta kunci agar dikembalikan, kunci tersebut justru dilempar korban. Belum hilang rasa kesal KHL, ia yang sedang berada di kamar mengerjakan skripsi tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengedor-gedor. Tapi saat dibuka tidak ada orang. Pintu pun ada yang menggedor kembali, dan KHL langsung membuka pintu yang selanjutnya tangannya berniat menghalau agar pintu tidak digedor kembali. Tapi ternyata tangannya tanpa sengaja mengenai wajah ASF yang saat itu juga langsung kabur.
“Jadi saya tidak berniat untuk memukul ASF, dan hanya ingin menghalau. Namun ternyata tangan saya mengenai ASF hingga luka. Setelah mengetahuinya saya langsung menangis dan meminta maaf kepada ASF dan orang tuanya. Saya kira dengan permintaan maaf saya masalah sudah selesai tapi ternyata tidak. Jika orangtua ASF tetap melanjutkan kasus ini ke kepolisian saya siap mengikuti proses hukum yang berlaku,” terangnya.
Kasus pemukulan tersebut kini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jakarta Barat, setelah orangtua ASF melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Jakarta Barat pada Sabtu (24/9).