
Lahir di Malang, Jawa Timur pada 20 September 1926, Sudomo memulai karier militernya dengan mengikuti pendidikan Perwira Special Operation dan kursus Komandan Destroyer Gdyna, Polandia yang diselesaikannya pada 1958, disusul dengan pendidikan di Lemhannas, Sekolah Para Komando KKO, dan SESKOAL.
Ia berperan dalam beberapa operasi militer di pemerintahan Soekarno termasuk pertempuran di Laut Arafuru dan pembebasan Irian Barat.
Di masa pemerintahan Soeharto, Sudomo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AL (1969-1973) dan Panglima Komando Pengendalian Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) tahun 1978-1983 yang bertugas memelihara stabilitas.
Ia juga pernah menjadi Menteri Tenaga Kerja (1983-1988), Menko Polkam (1988-1993), dan ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1993 hingga 1998.
Usai pensiun menjadi pejabat negara, Sudomo aktif dalam kegiatan sosial termasuk mendirikan Yayasan Kanker Indonesia.
Sudomo meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu kemarin, sekitar pukul 10.05 WIB. Setelah disemayamkan di rumah duka, jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis pagi ini.
Putra terbaik
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono mendatangi rumah duka dari almarhum Laksamana TNI (Purn) Sudomo di Jakarta Selatan, Rabu (18/4/2012) sekitar pukul 21.20 WIB.
Keduanya tampak datang dengan pakaian serba hitam. Kedatangan Presiden dan Ibu Negara ini disambut oleh putra sulung Sudomo, Biakto Putra (49).
Sementara itu, dari jajaran menteri yang menyambut Presiden, tampak Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri ESDM Jero Wacik. Hadir juga Panglima Komando Armada Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Didit Herdiawan dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno.
Selang 15 menit setelah melayat, Presiden kemudian keluar bersama Ibu Negara.
“Kita kembali kehilangan atas wafatnya salah satu putra terbaik bangsa, Bapak Sudomo. Atas nama negara dan pemerintah saya mengucapkan rasa dukacita dan sekaligus mendoakan semoga almarhum diterima di sisi Tuhan yang Maha Kuasa,” ujar Presiden SBY, seperti dilansir KOMPAS
Ia menyatakan jasa Sudomo sangat besar dalam menjalankan tugas melindungi bangsa dan negara, terutama dalam tugasnya saat bertarung mempertahankan Irian Barat.
“Saya kira banyak yang almarhum lakukan untuk negara kita, untuk bangsa kita, di masa damai dan di masa negara kita menghadapi ancaman dari negara lain,” kata Presiden.
Selain itu bagi banyak sahabatnya, meski di depan publik tampak keras, Sudomo juga dikenal sebagai sosok yang humoris, sederhana, dan penuh perhatian. Ada sisi-sisi lain dalam dirinya yang tersimpan dari mata publik.
“Beliau itu humoris, banyak lelucon, bicara apa adanya, dan baik hati. Beliau juga perhatian atas kehidupan rakyat,” kata mantan Menteri Tenaga Kerja, Abdul Latief.
Sementara mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab memberi kesaksian serupa. “Almarhum adalah sosok orang tua dan teman yang perhatian. Terakhir bertemu beliau di acara perkawinan, saya dipeluk. Beliau sudah kelihatan pucat dan nafasnya terasa tidak normal,” katanya. (bc/k/g/sol/)