Tarif parkir di kawasan stasiun di Depok, Jawa Barat naik per Januari 2014. Kenaikan tarif parkir ini membuatnya jadi lebih tinggi dibanding ongkos naik KRL-nya. Tak adakah insentif bagi pengguna KRL yang adalah transportasi umum?
Apakah tarif parkir yang naik ini lantas membuat orang malas naik KRL? Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi (Daops) I Agus Komaruddin menjawab akan bertanya pada anak usaha PT KAI, PT Reska Multi Usaha, yang mengeluarkan kebijakan itu.
“Nanti kita evaluasi lagi, kita bicarakan kepada perusahaan,” kata Agus saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (15/1/2014).
Saat tarif parkir di stasiun naik pada September 2013 lalu, di mana saat yang sama tarif KRL turun, pengamat transportasi Darmaningtyas berpendapat seharusnya tarif parkir tak mahal sebagai balasan orang yang bersedia naik angkutan umum seperti Commuter Line.
“Diperjelas dulu itu konsep dan fungsi park and ride. Apakah untuk bisnis atau untuk melayani masyarakat untuk menggunakan angkutan umum? Kalau untuk bisnis tarifnya bisa progresif begitu, kalau melayani penumpang angkutan umum mestinya tidak mahal, karena bagian dari pelayanan,” jelas pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas ketika dihubungi detikcom, Jumat (6/9/2013) lalu.
Apalagi, imbuh Darmaningtyas, fungsi park and ride di wilayah Bodetabek adalah untuk mencegah kendaraan masuk ke Jakarta sehingga bisa mengurangi kemacetan. Sehingga para pengguna angkutan umum ini seharusnya mendapat insentif berupa tarif parkir yang murah.
“Mereka sudah mau meninggalkan kendaraan pribadinya untuk menggunakan KRL, maka seharusnya mereka dapat reward tarif parkir yang murah,” jelas dia. [dtc]