Rusli Basyah (30), tersangka pembacok Iptu M Hasyem Ibrahim (48), Kapolsek Madat, Kabupaten Aceh Timur, akhirnya meninggal Selasa (10/8) dini hari karena pendarahan hebat akibat empat peluru menembus paha dan punggungnya.
Kapolres Aceh Timur, AKBP Ridwan Usman saat dikonfirmasi di Langsa kemarin membenarkan bahwa tersangka yang membacok Kapolsek Madat itu mengembuskan napas terakhir pada Selasa pukul 00.55 WIB di tempatnya dirawat, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Idi. Sebelumnya korban sempat dirawat beberapa jam di Puskesmas Pantonlabu, Aceh Utara, lalu dirujuk ke RSUD Idi.
Menurut Kapolres, jenazah Rusli bahkan sudah diantar petugas kepolisian kepada keluarganya di Gampong Tanjong, Kecamatan Madat Aceh Timur, tak lama setelah ia meninggal. Kapolres menyatakan juga telah memberi santunan kepada keluarga Rusli Basyah dan memberi bantuan untuk pemakaman almarhum.
“Ini kewajiban kita, terlepas perbuatannya membacok salah seorang bawahan saya,” ujar Kapolres Ridwan Usman.
Sebagaimana diberitakan Serambi kemarin, tersangka yang disebut-sebut mengalami kelainan jiwa itu terpaksa ditembak Iptu M Hasyem Ibrahim karena ia mengayunkan parang panjang ke arah Kapolsek Madat itu di sebuah jembatan yang menguhubungkan Desa Lueng Sa dan Matang Guru. Saat itu Kapolsek Madat hendak meminta agar Rusli segera menurunkan tiga bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dia pasang sejak tiga hari lalu di pekarangan rumah ibunya. Tiba-tiba, Rusli yang menyembunyikan parang di punggungnya membacok Kapolsek yang mendekatinya seturun dari mobil dinas.
Bacokan pertama mengenai tangan kiri Kapolsek, bacokan kedua mengenai jari kelingking kirinya hingga putus. Ridwan menyatakan, meski mengalami luka parah, Kapolsek sempat melepaskan dua tembakan yang mengenai pinggang pelaku. Melihat aksi pembacokan itu, dua polisi lainnya yang ikut bersama korban melepaskan dua tembakan. Satu mengenai paha kiri tersangka, satu lagi di punggungnya. Karena empat peluru bersarang di tubuhnya, membuat Rusli tumbang seketika dan berlumur darah.
Dari tangan tersangka polisi mengamankan sebilah parang panjang (versi lain menyebutkan pedang samurai), KTP atas nama Rusli Basyah, uang Rp 300 ribu, alat percetakan sablon, bakal kain, dan pita. Barang bukti tersebut ditemukan bersama sejumlah surat di rumah tersangka di Kecamatan Alue Ie Mirah, Aceh Timur.
Belum sempat
Kapolres Aceh Timur manambahkan, hingga Rusli Basyah meninggal belum sempat diperiksa kondisi kejiwaannya. Sebelumnya sempat beredar kabar bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa (stres berat). “Tapi saya belum bisa pastikan itu sebelum ada pemeriksaan atau pernyataan dari pihak medis. Tapi selama ini tersangka tidak pernah melakukan hal-hal negatif, bahkan dia punya anak dan istri,” jelas Kapolres. Pernyataan itu sekaligus membantah bahwa Rusli masih lajang, seperti disiarkan Serambi kemarin.
Membaik
Sebagaimana dikutip LKBN Antara, Kapolres Ridwan Usman juga mengatakan bahwa kondisi kesehatan Kapolsek Madat itu makin membaik setelah menjalani operasi pada tangan kirinya di Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe.
“Kesehatannya sudah sedikit membaik. Tangannya harus dioperasi karena sayatan parang mengenai tulang tangan korban dan jari kelingking korban putus,” katanya.
KPA Bantah terlibat
Sementara itu, jajaran Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Peureulak menyatakan pihaknya tidak terlibat dalam penaikan bendera GAM yang dilakukan Rusli Basyah (30) yang diduga kurang waras di Desa Lueng Sa, Kecamatan Madat, Aceh Timur, Senin (9/8) pukul 13.30 WIB. “Kami dari KPA Wilayah Peureuak menyatakan tidak terlibat dalam kasus penaikan bendera yang seakan-akan mirip dengan bendera GAM di Madat itu,” kata Juru Bicara KPA Wilayah Peureulak, Tgk Asnawi dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Serambi, Selasa (10/8).
Asnawi menambahkan, KPA Wilayah Peureulak yang diwakili Abdul Hamid (30), alias Cagèe yang juga anggota KPA Sagoe Darul Falah (dalam Kecamatan Madat) ikut serta dalam mobil Kapolsek Madat dengan maksud hendak menurunkan bendera saat itu. “Dan anggota kami juga yang membawa masuk Kapolsek ke mobil setelah dibacok pelaku,” tulis Asnawi.
Atas insiden itu, KPA Wilayah Peureulak menyatakan belasungkawa, karena Kapolsek Madat terluka dan pelaku akhirnya meninggal. “Kami juga meminta kepada semua pihak untuk menjaga perdamaian ini,” kata Asnawi menutup pernyataannya.
Sumber: antaranews.com
polisi tu terkadang bukan menegakkan keadilan,,mslah kecil seringX diperbesar,,,coba kita pikirkan,,,apa kerugian NKRI jika memang bendera satu itu memang brkbar,,,bukankah kita sudah damai,malah mungkin yang larang itu berdarah aceh sendira,,tapi knp sperti kacang lupa pada kulitnya