
Tidak ada ilmu yang bisa masuk ke tulang sum-sum bila si pembelajar tidak menyukainya. Bagi yang sedang berusaha mempelajari bahasa asing, bahkan dua atau tiga sekaligus, kegiatan belajar mesti menjadi aktivitas menyenangkan. Master lulusan Universitas Princeton, Tim Ferris, dalam tesisnya menganjurkan , si pembelajar mesti mengevaluasi pola belajar untuk mendapat kemajuan signifikan.
Ia bahkan menawarkan postulat ekstrem, seseorang bisa menguasai bahasa asing hanya dalam tiga bulan! Caranya, masih menurut Ferris mulailah dengan mendekonstruksinya, memilihnya dengan bijaksana mana yang diperlukan dan mengabaikan ‘semuanya’ dan hanya menggunakan sedikit bagian.
Dalam tesisnya yang menyoal soal kemampuan berbahasa manusia, Ferris mengingatkan bahwa kemampuan otak manusia terbatas tapi sekaligus luar biasa. Jadi ia meminta untuk fokus kepada tujuan apa bahasa itu digunakan nantinya. Ia menawarkan sistem untuk mendongkrak kecepatan pengembangan belajar bahasa. Sistemnya berdasar tiga elemen yang berurutan.
- Efektivitas (Prioritas)
- Keterkatian (Ketertarikan)
- Efisiensi (Proses)
Efektivitas, keterkaitan dan efisensi mengacu kepada ‘apa’ lalu ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ mempelajari sebuah bahasa asing. Dalam kalimat sederhana, apa yang mendasari keputusan anda mempelajari bahasa tersebut berdasar dengan penggunaan (prioritas) atau keterkaitan (minat), dan terakhir anda yang menentukan bagaimana mempelajari material dengan cara paling efektif (proses).
Efektivitas: Bila anda memilih material yang salah, tidak peduli bagaimana anda mempelajarinya, mempraktikkan kelancaran berbahasa mustahil tanpa peralatan dan material yang tepat. Dalam belajar Grammar, Ferris menganjurkan seseorang untuk memahami beberapa aturan emas yang jadi intin belajar bahasa yakni sebagai berikut
- Pastikan anda mengetahui apakah ada struktur gramatika mendasar yang berpotensi menghambat kelancaran berbicara (perhatikan apakah ia bertipe SOP ataukah SPO, begitu pula kasus-kasus dalam kata benda).
- Apakah ada ejaan yang khusus?
- Seberapa mirip dengan bahasa yang telah anda mengerti? Apakah kemiripan itu bisa beririsan? (Misal anda sedang berbahasa Jepang atau Jerman, apakah anda bisa menggunakan struktur bahasa tadi menggunakan struktur Inggris dan Jerman tanpa ada kesalahan Fatal?)
- Bila Anda telah memahami itu coba ukur seberapa sulit untuk memelajarinya, dan berapa lama anda butuh untuk secara fungsi lancar berbahasa?
Perhatikan dengan bahasa asli Anda, temukan kalimat dasar dan inilah yang disarankan Ferris.
- Apel ini merah
- Itu apel Ana
- Saya memberi Ana sebuah apel
- Saya memberinya apel
- Saya memberi apel kepada Ana
- Ia memberinya kepada Ana
- Ana memberinya kepada Andi
Bagian menjebak, pastikan Anda pahami setiap kata ganti orang pertama dalam bahasa asing yang Anda pelajari. Lalu pahami Bahasa Asing tersebut apakah lazim menggunakan Subjek Predikat Objek (SPO) atau Subjek Objek Predikat (SOP). Contoh Bahasa Jepang, cenderung dengan susunan “Saya apel itu makan”. Jerman, malah sering meletakkan predikat atau kata kerja di akhir kalimat.
Bila bahasa ibu kita SPO, otak kita butuh waktu menyesuaikan untuk memahami SOP. Peraturan ini yang mesti dipahami betul untuk memformat otak kita agar segera cepat mengenali bahasa berpola SOP.
Tak kalah penting adalah memperhatikan kasus nomina. Bahasa Indonesia tak mengenal kata sandang selain si dan sang, sehingga tak terlalu menyulitkan. Sementara Bahasa Asing, Jerman misal, kata ‘sang’ tidak sesederhana itu. Dia bisa menjadi ‘die’, ‘das’, ‘der’, ‘dem’, atau ‘den’,bergantung pada apakah apel itu sebagai subjek, objek, objek tidak langsung, ataukah objek yang dimiliki orang lain.
Bikin pusing? Ingatlah, cara efektif adalah dengan mengenal inti struktur sebuah bahasa, sebelum terjebak dengan tingkat penulisan rumit. Begitu memahami inti struktur, membedah teks rumit, menurut Ferris, menjadi lebih mudah diimajinasikan.
Pada bahasan berikut kita akan masuk ke topik keterkaitan atau minat. Mengulang materi dan terus-menerus membuka tema pelajaran yang sama selalu menghadirkan aura monoton.
Cara ini mesti ditangkis dengan materi yang menarik. Meski anda sudah memilih materi yang paling efektif dan metode paling efisien, tetapi bila anda tidak bisa menjalin keterkaitan erat dalam proses pengulangan, maka semua jadi sia-sia. Dalam kalimat lain, semua materi tadi akan menguap dan tidak melekat. Bila anda tak memiliki ketertarikan dengan politik, apakah anda bisa menumbuhkan minat dengan proses belajar yang fokus terhadap topik tersebut?
Tanyai Anda, “Apakah saya bisa mempelajari materi ini saban hari dan membuat saya terus berminat hingga saya mencapai tingkat fasih? Bila ragu, segera ganti topik. Sering kali cara paling manjur adalah memilih topik yang sesuai dengan minat anda dalam bahasa ibu. Jangan baca sesuatu yang anda sendiri tidak akan membacanya bila dalam Bahasa Indonesia.
Misal, tak perlu membaca koran Bahasa Inggris, bila anda sendiri tidak pernah membaca koran dalam Bahasa Indonesia. Gunakan bahasa yang anda pelajari sebagai kendaraan untuk mempelajari subyek, budaya, minat yang anda sukai. Jangan gunakan material yang tidak cocok minat anda sebagai alat untuk mempelajari bahasa. Itu tak akan berhasil.
Efisiensi, bagian ini sangat penting. Bila anda sudah mengantungi material terbaik dan minat yang tinggi namun anda butuh 20 tahun untuk bisa lancar berbahasa, maka metode itu bisa jadi tidak tepat. Tanyai lagi diri Anda, “Apakah metode ini bisa membuat anda mencapai pengetahuan akurat dalam periode waktu tersingkat yang menurut anda masuk akal?” Jika jawabannya tidak, metode tersebut mesti diperbaiki.
Jangan malu mempraktikkan bahasa tersebut, bila perlu dalam aktivitas dan permainan yang membuat anda bersemangat.
Satu contoh dari Ferris, ia menggunakan manual instruksi seni bela diri Judo untuk menerapkannya dalam turnamen resmi di Jepang. Dia fokus untuk memahami bagaimana diagram pertandingan Judo dalam Bahasa Jepang. Alasannya kesalahan tata krama dalam pertandingan bisa sangat memalukan.
Begitu dia memahami manual tersebut, dia mampu membayangkan semua langkah dan tahapan turnamen di benaknya dalam Bahasa Jepang. Jadi, intinya di sini kembalikan lagi kepada tujuan untuk belajar bahasa Asing. Pengembangan bahasa bisa jadi masuk prioritas kedua, namun kemampuan itu–seperti kasus Bahasa Jepang Ferris–akan terdongkrak begitu si pembelajar menguasai topik yang ia minati.
Saat kerangka gramatika ditransfer ke dalam memori jangka panjang seseorang, maka menambah kosakata menjadi tahapan lebih mudah.Kosakata tadi hanya mengganti ruang-ruang yang sudah disediakan untuknya. Tentu ini persoalan dedikasi untuk terus-menerus belajar.
Jangan biarkan bahasa menakuti anda. Ayo! Segera buat daftar materi dan proses atau aktivitas yang bisa anda nikmati saat belajar bahasa dan bukalah horizon seluas mungkin! Selamat bersenang-senang. |ROL|
Do your best! Viel Spaß! Ganbatte!