
Masih ingat dengan tersesatnya dua wartawan, saat meliput kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak (10/5)? Nah, agar hal seperti ini tidak terulang kembali ada baiknya tips yang diberikan oleh Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia kita simak bersama-sama.
“Marking atau penandaan tempat yang dilalui, merupakan hal penting. Ketika rombongan tertinggal, terkhusus saat menuruni gunung,” kata Ketua Mapala UI, Muhammad Ismatullah dalam seminar ‘keselamatan jurnalis dalam peliputan berisiko tinggi’ di gedung Antara, Jakarta, Selasa.
Keterampilan navigasi termasuk membaca peta juga hal penting yang harus dimiliki wartawan. Sebab, kondisi darurat yang umum terjadi pada zona bencana, adalah tersesat dengan persediaan logistik yang menipis dan kondisi cuaca yang ekstrim.
Untuk itu, sebelum meliput peristiwa di alam, dibutuhkan perencanaan, persiapan, dan memiliki keterampilan khusus.
“Umumnya perencanaan itu meliputi berapa jarak yang ditempuh, kondisi medan, dan berapa lama berada disana,” terang Ismatullah.
Jika semua sudah terpetakan dengan baik, persiapan selanjutnya yang perlu adalah logistik dan perlengkapan. Seperti persediaan air, coklat, roti, baju ganti, jas hujan, senter, kotak P3K, dan survival kit.
“Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam survival kita termasuk kaca cermin, peniti, jarum jahit, benang nilon, pemotong, korek api, dan peluit,” lanjutnya.
Wartawan juga dituntut memiliki keterampilan khusus, seperti membuat tenda, cara memperoleh air dan makanan, membuat api, berkomunikasi dengan peralatan yang tersedia, dan orientasi medan.
“Persiapan yang baik harus dilengkapi oleh mental kuat untuk dapat keluar dari kondisi sulit,” jelas .
Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri mengatakan kecepatan adaptasi dengan iklim lingkungan, merupakan syarat utama wartawan dalam peliputan bencana alam.
“Tidak mudah mengupayakan jurnalis dalam area bencana, dapat beradaptasi dengan iklim yang cepat berubah merupakan hal yang wajib dimiliki,” kata Salim melalui Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Andi ZA Dulung, dalam key note speech seminar yang sama.
Selain itu, pengetahuan wartawan mengenai cara bertahan hidup di alam, juga penting dimiliki. Sebab alam menyediakan berbagai jenis flora dan fauna. Dan belum tentu semua bisa dimakan.
“Jadi wartawan juga membutuhkan banyak ilmu mengenai bertahan hidup,” lanjutnya.
Untuk itu, sebaiknya setiap media massa memiliki wartawan yang memiliki kriteria tersebut. Karena, bencana alam dan sosial tidak dapat diprediksi. Datang tidak terduga.
“Bencana alam dan sosial terjadi secara tidak terduga, tidak hanya meliput kejadian yang penting, keselamatan wartawan juga hal yang utama,” pungkasnya. (merdeka/sol)