Hama ulat bulu di Kota Payakumbuh semakin mengganas. Setelah menyerang kawasan Kapalorimbo, RT 01/RW III, Kelurahan Tarok, Kecamatan Payakumbuh Utara, pekan lalu. Ratusan ulat bulu kini menyerang kawasan Payobada, Kecamatan Payakumbuh Timur.
Ratusan ulat bulu yang menyerang kawasan Payobada, Payakumbuh Timur, diperkirakan berbeda jenisnya dengan ribuan ulat bulu yang pernah muncul di kawasan Kapalorimbo.
Jika ulat bulu di Kapalorimbo berwarna kuning kehitam-hitaman, maka ulat bulu di Payobada berwarna hitam dengan dua garis putih melintang di sekujur tubuhnya. Sedangkan ‘kumis’ dan kaki ulat di Payabada ini, berwarna coklat dengan buluh sedikit lebih halus.
Ulat di Payobada pertama kali ditemukan oleh warga setempat bernama Jeldri, 30. “Saya menemukan ulat itu di rawa-rawa sekitar rumah, Selasa (19/4) lalu,” kata Jeldri kepada Wakil Walikota Payakumbuh Syamsul Bahri yang meninjau ke Payobada, Rabu (20/4) siang.
Jeldri menambahkan, setelah melihat ratusan ulat bulu di sekitar rawa-rawa yang ditumbuhi semak-belukar, dia awalnya tidak terlalu kaget. Tapi begitu ulat sudah masuk ke dalam rumah yang ditempatinya, baru Jeldri tersentak.
“Tidak menyangka saya. Ulat yang ada di rawa-rawa, bisa masuk ke dalam rumah. Karena cemas melihat berita-berita ulat bulu yang menyerang banyak daerah, saya akhirnya melapor kepada pihak kelurahan dan kecamatan,” kata Jeldri.
Laporan Jeldi akhirnya diteruskan aparat Kelurahan Payobada dan aparat Kecamatan Payakumbuh Timur kepada wakil walikota Syamsul Bahri. Mendapat laporan tersebut, Syamsul juga kaget bukan kepalang.
“Astaghfirullah. Saya tersentak mendengarnya. Setelah muncul di Kapalorimbo, sekarang ulat muncul pula di Payobada. Makanya, saya langsung datang untuk meninjau ke lokasi, bersama Camat dan Petugas Dinas Pertanian,” kata Syamsul Bahri.
Untuk langkah antisipasi, menurut Syamsul Bahri, masyarakat sudah menggelar gotong-royong. Sedangkan tim Dinas Pertanian sudah melakukan penyemprotan. “Selain itu, saya juga minta tim Dinas Pertanian untuk membawa ulat ke laboratorium, sekaligus menganalisa jenis dan sebab kedatangannya,” kata Syamsul Bahri.
Terpisah, ahli hama tanaman dari Politeknik Pertanian Unand di Tanjungpati, Kabupaten Limapuluh Kota, Netti Yuliarti, kaget mendapat informasi dari Padang Ekspres soal kemunculan ulat bulu di Payobada. Apalagi, ulat itu disebut-sebut banyak tumbuh di pohon kakao.
“Kalau ulat bulu yang ditemukan di Payobada memang banyak bergelantungan di pohon kakao, dapat diperkirkan inang atau tempat makan dan tinggalnya ada di pohon tersebut. Kenapa menyebar ke rumah penduduk? Karena populasinya sudah cenderung tinggi. Jadi, instingnya binatang, kalau sudah padat di suatu tempat, dia menyebar ke tempat lain,” kata Netti Yuliarti.
Menurut Netty, populasi ulat bulu tidak terlepas dari kupu-kupu. Biasanya, satu kupu-kupu atau mengap bisa menghasilkan 500 butir telur. Masalahnya sekarang, apakah lingkungan menunjang atau tidak? Kalau menunjang, ya berkembang, semua telur tadi akan menjadi ulat. Tapi, sering-sering tidak terjadi seperti itu. Yang sering terjadi adalah penekanan alam.
“Kalau alamnya cukup menekan, maka dia tidak menjadi ulat semuanya. Itulah namanya musuh alami. Musih alami ini banyak pula jenisnya. Secara hayati musuh alami adalah burung pemakan serangga, semut merah dan jamur beauveria (cendawan). Sedangkan secara non hayati, musuh ukat bulu itu adalah faktor lingkungan fisik, suhu, curah hujan, dan kelembaban,” beber Netti Yuliarti.
Bagaimana cara membasmi ulat-ulut bulu yang menyerang pemukiman penduduk? Menurut Netty, harus dilihat dulu ulat tersebut. “Kalau belum berbhaya, jangan pakai zat kimia dulu. Kalau berbahaya, baru pakai insektisida,” saran Netty Yuliarti.
Sumber: padang-today.com