Surabaya – Pasca belasan siswa dan guru SDN Tandes Lor menyampaikan uneg-uneg ke anggota dewan tentang perilaku kepala sekolah (Kasek) yang suka melecehkan, hari ini terlihat tidak masuk sekolah.
Kasek yang bernama lengkap Wahyuningsih itu tidak terlihat batang hidungnya. Bahkan ruang kepala sekolah terlihat sepi dan terbuka. Dari pantauan detiksurabaya.com, Selasa (26/4/2011), ruang kasek yang berdekatan dengan ruang komputer terlihat kosong.
Para guru tidak mengetahui alasan kasek yang akrab dipanggil Bu Yun tidak masuk sekolah. Kabar ketidakhadiran kasek ini tentu saja membuat para siswa senang dan gembira. Mereka mengaku seakan bisa lepas dari ancaman yang super ketat dari wanita yang sudah menjabat kasek sejak November 2002 lalu.
“Seneng pak kalau Bu Yun tidak masuk. Soalnya Bu Yun itu nakal sama temen-temen saya,” kata salah satu siswa yang enggan disebut namanya karena takut dihukum lagi, kepada detiksurabaya.com.
Para siswa yang biasa terlihat tegang bila Bu Yun berada di sekolah, kini mereka mengaku lega. Para siswa seakan bersyukur atas ketidakhadiran Bu Yun. “Moga-moga tidak ada teman saya yang dikata-katai sebagai PSK, perek atau pelacur lagi,” jelas seorang siswa yang diamini teman-temannya.
Kedatangan detiksurabaya.com ke SDN yang ada di Jalan Tandes Kidul Surabaya ini, juga tak luput dari pertanyaan para siswa, tentang kebenaran kaseknya sudah dipecat atau tidak. “Mas, Bu Yun sudah dipecat kan,” kata seorang siswi yang penasaran.
Saat ditanya alasan kenapa berharap kaseknya dipecat, si siswa mengaku sudah tidak tahan dengan perilaku Bu Yun. “Wah tidak enak pak kalau masih ada Bu Yun. Orangnya sering mencakar teman-teman saya,” katanya sembari matanya menerawang.
Sementara aktivitas para siswa tetap terlihat melakukan proses belajar mengajar. Sebagian para siswa sudah ada yang istirahat dan jajan di sekitar sekolah. Sementara para guru terlihat sibuk mengajar.
Sebelumnya, belasa siswa, guru dan wali murid mendatangi komisi D DPRD Surabaya, Senin (25/4/2011). Mereka menyampaikan uneg-unegnya dengan sikap kepala sekolah (Kasek) Wahyuningsih yang sering memaki dengan kata-kata maling, pekerja seks komersial (PSK) hingga dipukuli.
Bahkan para guru sering dimaki, disetrap (dihukum), merasa dilecehkan, dimarahi di depan muridnya. (dtc)