Terungkapnya plot pemboman pada pekan lalu, rupanya telah mengundang reaksi pihak Istana Presiden guna meningkatkan keamanan di lingkungan area tersebut. Salah satunya adalah dengan diberlakukannya seluruh tas ransel milik wartawan yang biasa meliput di Istana tidak diperkenankan dibawa masuk ke Kantor Presiden.
“Sekarang kita harus lebih waspada. Bukan hanya aparat keamanan tapi juga masyarakat harus saling waspada dan mengingatkan,” kata juru bicara kepresidenan Julian A Pasha di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeta Utara, Jakarta, Senin (25/4/2011).
Pantauan detikcom, wartawan yang berada di press room mendapat pengumuman dari seorang staf Istana agar tidak membawa tas ransel ke Kantor Presiden. Yang diperkenankan dibawa hanya tas jinjing atau tas-tas berukuran kecil. Sedangkan untuk alat liputan diperbolehkah dibawa.
Menurut Julian, tindakan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi. Namun tindakan ini tidak menyulitkan peliputan. “Asalkan tidak menyulitkan peliputan ya tidak apa-apa,” ungkapnya.
Kepala Biro Pers Istana DJ Nachrowi mengatakan, tindakan ini hanya untuk memanfaatkan loker untuk wartawan. “Ini kan wartawan sudah dikasih loker. Jadi ya dimanfaatkan saja untuk taruh tas,” jelasnya.
Hari ini adalah hari pertama wartawan disuruh meninggalkan ransel di loker yang tersedia di press room. Sebelumnya setiap liputan di Kantor Presiden, wartawan boleh membawa tas ransel.(dtc)
Foto : MataNews